The Fed Beri Sinyal Hawkish, Kurs Rupiah Ditutup Melemah 47 Poin ke Rp14.954 per Dolar AS
- Menurut data perdagangan Bloomberg, Kamis, 15 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 47 poin di posisi Rp14.954 per-dolar AS.
Pasar Modal
JAKARTA - Nilai kurs rupiah ditutup melemah 47 poin pada perdagangan hari ini setelah The Federal Reserve (The Fed) lontarkan komentar bernada hawkish. Padahal, bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut memutuskan menahan suku bunga untuk Juni 2023.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Kamis, 15 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 47 poin di posisi Rp14.954 per-dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Rabu, 14 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 43 poin di level Rp14.906 per-dolar AS.
- Regulasi Berbenturan, Menteri ESDM Komentari Polemik Aturan Ekspor Pasir Laut
- Mantan Panglima TNI Andika Perkasa Dikabarkan jadi Komut PTBA
- Survei: Tanpa Messi, 89,5 Persen Fans Bola Masih Tertarik Nonton Indonesia Vs Argentina
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya pada perdagangan hari karena didorong oleh proyeksi hawkish dari The Fed yang mengindikasikan pengetatan yang masih akan dilakukan tahun ini.
Maka dari itu, aset berisiko seperti rupiah pun masih tertekan walaupun The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5%-5,25%.
"The Fed memberi isyarat dalam proyeksi ekonomi terbaru bahwa suku bunga kemungkinan akan naik setengah poin persentase lagi, yaitu dua kenaikan lagi sebesar 25 basis poin pada akhir tahun ini," kata Ibrahim dikutip dari riset harian, Kamis, 15 Juni 2023.
Setelah penantian terhadap keputusan The Fed berakhir untuk bulan ini, kini pelaku pasar mengalihkan perhatian kepada kebijakan moneter dari bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang melangsungkan pertemuan pada pekan ini juga.
Menurut Ibrahim, ECB berpotensi menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dan melanjutkan kenaikan yang sudah terjadi selama delapan bulan berturut-turut.
Sementara itu, Bank of Japan yang melaksanakan pertemuan juga pada akhir minggu ini diperkirakan akan bersikap lebih dovish untuk mendukung pemulihan ekonomi negaranya pascapandemi.
Menurut Ibrahim, untuk perdagangan besok, Jumat, 16 Juni 2023, nilai kurs rupiah berpotensi melemah di rentang Rp14.940-Rp15.000 per-dolar AS.
- Tampak Manis Namun Berbahaya, Apa Itu Love Bombing?
- Analisis Dampak TikTok Shop Terhadap Bisnis Tokopedia dan Bukalapak
- Mantan Pegawai BRI Bobol Dana Nasabah Prioritas Senilai Rp8,5 Miliar, Begini Modusnya!
Sebagai informasi pada perdagangan sebelumnya, inflasi AS yang menyurut tidak berhasil mendorong rupiah untuk menguat terhadap dolar AS.
Padahal, inflasi AS yang menurun dari 4,9% secara year-on-year (yoy) pada bulan April menjadi 4% yoy pada bulan Mei dapat memperkuat potensi The Fed untuk meredam agresivitasnya.
elemahan rupiah, menurut Ibrahim, disebabkan oleh pelambatan ekonomi China yang dikhawatirkan dapat berdampak kepada melemahnya kinerja ekspor Indonesia.
"Perlambatan ekonomi China dikhawatirkan pasar dapat berdampak pada pelemahan kinerja ekspor Indonesia, mengingat negeri Tirai Bambu merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia," ujar Ibrahim.
Impor China mengalami kontraksi 4,5% yoy pada Mei 2023. Penurunan ini melanggengkan kinerja negatif yang sudah terjadi sejak Oktober 2022.
Ibrahim menyebutkan, dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di China, pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia (BI) harus tetap waspada dan terus menerapkan strategi bauran ekonomi guna memperkuat perekonomian domestik.
Sementara itu, bank sentral China memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam 10 bulan terakhir dan menumbuhkan spekulasi bahwa negeri Panda masih berjuang untuk memulihkan perekonomiannya pascapandemi COVID-19.