Kepala Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve Jerome Powell / Reuters
Nasional

The Fed Resmi Naikkan Suku Bunganya, Pertama Sejak 2018

  • Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve menyetujui kenaikan suku bunga (Fed Rate) pertamanya setelah 3 tahun tak berubah. Hal ini merupakan cara mengatasi inflasi yang melonjak
Nasional
Fakhri Rezy

Fakhri Rezy

Author

NEW YORK - Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) menyetujui kenaikan suku bunga (Fed Rate) pertamanya setelah 3 tahun tak berubah. Hal ini merupakan cara mengatasi inflasi yang melonjak tanpa mengganggu pertumbuhan ekonomi AS.

Melansir CNBC, Kamis, 17 Maret 2022, setelah mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol sejak awal pandemi Covid, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengatakan akan menaikkan suku bunga 0,25% atau 25 basis poin.

Komite terakhir menaikkan suku pada Desember 2018. Kemudian harus mundur pada Juli berikutnya dan mulai memangkas suku bunga AS tersebut.

Kenaikan suku bunga AS ini hampir seluruh pejabat menyetujui. Hanya satu yang menyatakan perbedaan pendapat akan kenaikan tersebut, di mana Presiden Fed St Louis James Bullard menginginkan kenaikan 50 basis poin.

Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, pertemuan bulanan tersebut mengisyaratkan pengurangan neraca bisa dimulai pada Mei. Di mana, prosesnya bisa setara dengan kenaikan suku bunga lain di tahun ini.

"Kami memperhatikan risiko tekanan kenaikan lebih lanjut pada inflasi dan ekspektasi inflasi," kata Powell pada konferensi pers.

Dirinya mengatakan The Fed bertekad untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga. "Ekonomi AS sangat kuat dan dalam posisi yang baik untuk menangani kebijakan moneter yang lebih ketat,” tambahnya.

Dalam pertemuan The Fed tersebut juga menyesuaikan pandangan ekonomi mereka di berbagai bidang. Adapun pandangan yang terlihat adalah inflasi yang jauh lebih tinggi dari yang mereka harapkan pada bulan Desember dan pertumbuhan PDB yang jauh lebih lambat.

Anggota komite menaikkan perkiraan inflasi mereka, mengharapkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi tidak termasuk makanan dan energi untuk mencerminkan pertumbuhan 4,1% tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi 2,7% pada Desember 2021. PCE inti diharapkan masing-masing 2,7% dan 2,3%, dalam dua tahun ke depan sebelum mencapai 2% dalam jangka panjang.

"Inflasi tetap tinggi, mencerminkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan terkait pandemi, harga energi yang lebih tinggi, dan tekanan harga yang lebih luas," kata pernyataan itu.

Sedangkan untuk proyeksi produk domestik bruto (PDB), The Fed memperkirakan mencapai 2,8% di 2022. Prediksi tersebut dipangkas dari 4% pada prediksi di Desember 2021. Sedangkan tingkat pengangguran diprediksi akan berada di 3,5%.

Sementara itu, invasi Rusia ke Ukraina menurut The Fed menyebabkan kesulitan pada individu maupun ekonomi yang luar biasa. Implikasinya terhadap ekonomi AS saat ini sangat tidak pasti.

"Tetapi dalam waktu dekat invasi dan peristiwa terkait kemungkinan akan menciptakan tekanan kenaikan tambahan pada inflasi dan membebani kegiatan ekonomi," ujarnya.