Thomas Lembong, Eks Think Tank Jokowi yang Kini Masuk Tim AMIN
- Selama berada di jajaran pemerintahan, dirinya memiliki andil yang cukup besar. Dia bahkan menjadi salah satu think tank atau jajaran pemikir di kabinet awal Jokowi.
Nasional
JAKARTA - Pasangan Calon Presiden (Capres) Anies Baswedan dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) atau AMIN baru saja mengumumkan formasi Timnas AMIN, Selasa, 14 November 2023.
Anies menyatakan jika tim kemenangan yang dibentuk tersebut selayaknya sebuah tim sepak bola. Harapannya tim tersebut dapat saling bahu-membahu untuk mencapai kemenangan kepada pasangan Capres-Cawapres tersebut.
Berbagai tokoh dengan ragam latar belakang masuk dalam formasi Timnas AMIN mulai mantan menteri, purnawirawan TNI, pengusaha, agamawan hingga budayawan. Dalam formasi tersebut, muncul nama Thomas Lembong.
Mantan menteri di kabinet periode pertama Presiden Joko Widodo ini ditunjuk sebagai wakil kapten bersama sejumlah nama besar lain. Lalu bagaimana profil Thomas Lembong? Sosok ini diketahui pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada 2015-2016.
Usai mengemban jabatan menteri selama satu tahun, Thomas Lembong kembali diamanahi jabatan sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) antara 2016-2019.
- Angkasa Pura I Catatkan Peningkatan Penumpang Sebesar 25 Persen Secara Tahunan
- Kemenkop UKM: Digitalisasi Penting untuk Dukung Pertumbuhan UMKM
- Sumsel Menjadi Salah Satu Lumbung Pangan Nasional
Selama berada di jajaran pemerintahan, dirinya memiliki andil yang cukup besar. Dia bahkan menjadi salah satu think tank atau jajaran pemikir di kabinet awal Jokowi. Thomas Lembong menjadi salah satu tokoh di balik layar yang menulis pidato ikonik berjudul “Game of Throne”.
Pidato tersebut dibacakan Presiden Jokowi dalam pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali tahun 2018. Selain itu, Pidato Presiden Jokowi berjudul “Thanos” yang dibacakan dalam Forum Ekonomi Dunia juga merupakan buah karyanya.
Adapun kariernya diluar pemerintahan dimulai kala ia lulus dari pendidikannya di Universitas Harvard pada 1994. Thomas Lembong lulus dengan gelar Bachelor of Arts di bidang arsitektur dan tata kelola.
Setahun usai lulus, dirinya bekerja di Divisi Ekuitas Morgan Stanley di New York dan Singapura. Thomas Lembong juga pernah mengabdi pada Deutsche Bank di Jakarta selama setahun sejak 1998.
Thomas Lembong menjadi salah satu pendiri Quvat Management pada tahun 2006. Dalam perusahaan yang bergerak di dana ekuitas ini, dirinya pernah menjabat sebagai Chief Executive Officer dan Managing Partner.
Selanjutnya, Thomas ditunjuk oleh Anies Baswedan yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta sebagai Ketua Dewan PT Jaya Ancol pada tahun 2021.
- OJK Rilis Aturan Bunga dan Denda untuk Fintech Lending, Berikut Rinciannya
- Semen Padang Manfaatkan Tandan Kosong Sawit PTPN V Untuk Gantikan Batubara
- Pemerintah Proyeksikan Impor 5 Juta Ton Beras Lagi di 2024
Jabatan komisaris juga pernah dipegang oleh sosok Thomas. Tercatat dirinya pernah menjadi komisaris di PT Graha Layar Prima atau Blitz Megaplex antara 2012-2014. Sebuah lembaga yang menjadi wadah pemikir kebijakan ekonomi bernama Consilience Policy Institute juga didirikan oleh pria kelahiran 4 Maret 1971 ini.
Harta Kekayaan
Merujuk pada Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) KPK yang dilaporkannya saat periode akhir menjabat Kepala BKPM pada 31 Desember 2019, Thomas Lembong memiliki kekayaan Rp101.486.990.994.
Dalam laporannya itu, dirinya tercatat tidak memiliki aset tanah dan bangunan serta alat transportasi dan mesin. Thomas tercatat memiliki harta bergerak lainnya senilai Rp180.990.000.
Hartanya yang mendominasi yaitu surat berharga yang nilainya mencapai Rp94.527.382.000. Thomas memiliki kas dan setara kas senilai Rp2.099.016.322. Kemudian harta lainnya senilai Rp4.766.498.000 serta utang senilai Rp86.895.328.