Tidak Ada Kata Macet di Amsterdam
- Meski berstatus metropolitan, arus lalu lintas di ibu kota Belanda tak ubahnya hari-hari biasa
Kolom
Lagu I Don’t Like Monday, favorit penyiar radio nasional setiap mengawali siaran di hari Senin niscaya tak laku di Amsterdam. Meski berstatus metropolitan, arus lalu lintas di ibu kota Belanda tak ubahnya hari-hari biasa.
Lancar jaya. Begitulah yang disaksikan dan dialami wartawan TrenAsia saat melintasi jalan-jalan protokol di salah satu jantung bisnis Eropa, awal Juni silam. Sungguh pemandangan yang berbeda dengan di Jakarta, seluruh ruas jalan di awal pekan dipastikan padat merayap.
Berpenduduk 2.158.592 jiwa, pemerintah kota ini benar-benar memberdayakan transportasi umum bagi warganya. Nyaman dan tepat waktu membuat warga memilih transportasi umum dalam aktivitas sehari-hari. Di setiap halte terpampang penunjuk waktu berapa menit lagi kendaraan umum akan tiba.
Hal itu didukung pula dengan kebijakan pemerintah setempat yang memberlakukan dua pertiga lintas utama sebagai jalur sepeda. Total jenderal kota kanal ini memiliki 767 km jalur kereta angin.
Saat ini ada 16 rute trem dan 5 jalur metro (kereta yang melintas di bawah tanah dan melayang). Lalu sejak Maret 2021, dioperasikan pula 22 bus regular, 8 rute khusus jam sibuk dan 10 jalur malam. Dari jumlah keseluruhan bus yang mencapai 233 unit, 31 diantaranya bertenaga listrik.
Adapun untuk kawasan pinggiran kota, seperti Nardenburg, Lelystad dan Almere beroperasi bis Connexxion dan EBS.
Guna memudahkan warga kota menjangkau jantung kota, pemerintah lokal menyediakan fasilitas park and ride di sejumlah lokasi. Dari fasilitas dengan ongkos parkir terjangkau, warga dapat berpindah moda transportasi sesuai arah tujuan.
Ketiga moda transportasi umum ini dikelola oleh GVB (Gemeentelijk Vervoerbedrijf), operator transportasi umum milik pemerintah setempat. GVB menjual tiket yang berlaku selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam. Selembar tiket dapat digunakan untuk trem, metro, bus dan feri. Harga selembar tiket untuk satu hari 8,5 euro. Dan untuk selembar tiket berdurasi 48 jam dan 72 jam berlaku tarif, masing-masing 15 euro dan 20 euro.
Sebagai kota kanal Amsterdam juga memiliki moda transportasi kapal feri untuk menyebrangkan warganya yang bekerja atau bermukim di kawasan perairan IJ dan Kanal North Sea. Kapal feri ini membebaskan ongkos bagi para pejalan kaki dan pesepeda.
Ada tujuh rute feri yang melintasi IJ, dua diantaranya beroperasi sepanjang malam. Adapun yang menuju Kanal North Sea terddiri atas tiga rute. GVB melayani rute ini dengan 19 kapal feri bertenaga listrik.
Bagaimana di negeri kita? Hingga hari ini kata macet masih menjadi momok bagi segenap warga Jakarta dan masyarakat di kota-kota besar lainnya. Syukurlah, sejak tiga tahun lampau warga ibu kota sudah dapat menikmati moda transportasi MRT dan sebentar lagi LRT.
Langkah maju ini tentunya harus segera diikuti oleh kota-kota besar lainnya demi mengatasi masalah pemborosan BBM dan polusi yang kian mengancam kesehatan masyarakat.
Penulis: Andi Reza Rohadian
Komisaris PT Tren Media Berjejaring