Tidak Biasa, Amerika Kini Sering Pamerkan Boomer
- Kapal selam, terutama yang membawa rudal nuklir sangat identik dengan kerahasiaan dan kesenyapan tinggi dalam operasi. Tetapi akhir-akhir ini Angkatan Laut Amerika sangat sering mempublikasikan keberadaan mereka.
Tekno
WASHINGTON-Kapal selam, terutama yang membawa rudal nuklir sangat identik dengan kerahasiaan dan kesenyapan tinggi dalam operasi. Tetapi akhir-akhir ini Angkatan Laut Amerika sangat sering mempublikasikan keberadaan mereka.
Pejabat Pentagon mengonfirmasi bahwa salah satu dari 14 kapal rudal balistik kelas Ohio akan berkunjung ke Korea Selatan. Rencana ini sebelumnya telah diisyaratkan Presiden Joe Biden selama kunjungan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol ke Gedung Putih bulan lalu.
Kapal selam rudal balistik atau yang dijuluki sebagia Boomers, mendapat julukan sebagai dinas senyap. Ini karena mereka dirancang untuk meluncur tanpa terdeteksi. Dan kunjungan mereka ke pelabuhan mereka jarang diungkapkan. Apalagi disuarakan oleh komandan mereka yang biasanya pendiam.
Di masa lalu, Amerika kadang-kadang memang memamerkan kapal mereka. Tetapi langkahnya meningkat pada tahun lalu dengan kunjungan pelabuhan yang dipublikasikan oleh kapal selam kelas Ohio yang bersenjata nuklir serta kapal selam kelas Los Angeles yang membawa rudal jelajah Tomahawk.
- Aset Kripto Bitcoin Jatuh ke Bawah Level Support Gara-gara Ini
- Penting untuk Rekrutmen Bersama BUMN 2023, Ini Syarat Membuat SKCK
- MPX Logistics (MPXL) Resmi IPO Hari Ini, Berencana Bagikan Dividen 30 Persen untuk Tahun Buku 2023
Pada 18 April 2023 Angkatan Laut Amerika juga mengumumkan bahwa kapal selam kelas Ohio USS Maine mengisi logistik di pangkalan angkatan laut di Guam.
Ronald O'Rourke, kepala analis angkatan laut untuk Layanan Riset Kongres mengatakan langkah Angkatan Laut tidak biasa. Termasuk ketika akhir tahun lalu mereka mempublikasikan keberadaan kapal bersenjata nuklir di Laut Arab, di Diego Garcia, di Gibraltar dan di Atlantik.
“Tidak jelas apakah kunjungan yang akan datang ke Korea Selatan adalah bagian dari ‘strategi pesan ke pihak tertentu; yang baru. Atau hanya akan menjadi keputusan satu kali yang mencerminkan keadaan khusus untuk situasi keamanan di Semenanjung Korea,” katanya dikutip Bloomberg Senin 8 Mei 2023.
Kelas Ohio adalah Kapal selam terbesar milik Angkatan Laut Amerika. Kapal memiliki panjang 171 meter dan bobot 18.750 ton saat terendam.
Setiap kapal selam membawa hingga 20 rudal balistik D-5 Trident. Setiap rudal dapat dikonfigurasi untuk menampung sebanyak 14 hulu ledak nuklir yang masing-masing mampu dipandu ke target yang berbeda. Menurut US Navy rudal memiliki jangkauan 7.400 kilometer. Tetapi banyak pihak meyakini jangkauan sebenarnya lebih jauh dari angka tersebut.
Hans Kristensen, Direktur Proyek Informasi Nuklir Federasi Ilmuwan Amerika mengatakan Korea Selatan menjadi tempat baru di mana Amerika akan memamerkan kapal selamnya. Kristensen yakin, akan banyak tempat lagi yang akan menyusul.
Dia menambahkan kemunculan ini adalah bagian dari tugas baru yang bertentangan dengan misi inti mereka untuk tetap tidak terdeteksi. “Sepertinya pensinyalan nuklir sekarang dianggap sangat penting karena persaingan dengan Rusia dan China,” katanya.
Sementara Bryan Clark, mantan asisten khusus kepala operasi angkatan laut Amerika menyebut, langkah ini kemungkinan juga mencerminkan upaya untuk melawan kenyataan bahwa kekuatan kapal selam Amerika menyusut dan memiliki masalah kesiapan.
Namun Clark yang sekarang menjadi peneliti angkatan laut di Institut Hudson menyebutkan, meski kekuatan menurun, dia meyakini kapal selam Amerika masih yang paling tenang dan paling canggih di dunia.
Tetapi visibilitas yang meningkat dapat memiliki sisi negatifnya. Terutama terutama kunjungan Korea Selatan. Brent Sadler, peneliti senior untuk perang angkatan laut di Heritage Foundation menilai kunjungan itu akan memaparkan kapal itu ke pengawasan Korea Utara atau China. Dan mereka dapat menggunakan pengetahuan itu untuk melacak kapal selam dalam patroli pencegah.
Sadler menilai menggunakan kapal selam kelas Ohio sebagai pesan dukungan strategis bagi Korea Selatan akan minimal. Dan justru memunculkan sejumlah risiko signifikan.