Tidak Hanya Ditinggal Tidur, 2 Pesawat Ini Benar-Benar Terbang Tanpa Pilot
- Pesawat yang ditinggalkan pilot melontarkan diri ternyata masih terbang ratusan kilometer. Bahkan ada yang kemudian mendarat dengan hampir mulus dan hanya mengalamai kerusakan kecil.
Dunia
JAKARTA-Kasus tertidurnya dua pilot Batik Air selama sekitar 28 menit jelas sebuah kesalahan yang sangat berbahaya. Tetapi kasus itu juga menunjukkan canggihnya teknologi pesawat yang bisa terbang secara mandiri tanpa pilot.
Pesawat terbang tanpa pilot juga beberapa kali terjadi. Termasuk di dunia militer. Pesawat yang ditinggalkan pilot melontarkan diri ternyata masih terbang ratusan kilometer. Bahkan ada yang kemudian mendarat dengan hampir mulus dan hanya mengalamai kerusakan kecil.
Berikut dua kasus aneh ketika jet tempur terbang tanpa ada manusia di kokpitnya.
F-106 Delta Dart Mendarat Mulus Tanpa Pilot
Pada 2 Februari 1970, tiga jet tempur F-106 milik Amerika lepas landas dari Malmstrom Air Force Base dekat Great Falls, Montana untuk sorti Air Combat Maneuvering (ACM). Pada awalnya tidak ada masalah. Penerbangan terkendali hingga kemudian masuk spin datar. Pilot, Kapten Gary Faust, tiba-tiba tidak mampu mengembalikan jet ke dalam kendali penerbangan. Dia pun melontarkan diri dengan kursi injeksi.
Tetapi hal aneh terjadi. Setelah pilot melakukan proses pelontaran keseimbangan pesawat pulih dari spin dan kembali masuk pada penerbangan stabil. F-106 kemudian terbang sendiri tanpa awak dalam waktu yang cukup lama.
- Gunakan REC PLN, Katoda Tembaga Freeport Jadi Produk Hijau Berdaya Saing Tinggi
- Mobil Listrik Xiaomi Bakal Resmi dirilis 28 Maret
- Integrasi Tol Japek-MBZ Pangkas 60 Persen Waktu Perjalanan
Semua pilot yang terlibat dalam misi melihat pesawat terus berjalan hingga keluar dari jangkauan visual mereka kemudian makin rendah dan akhirnya mendarat di suatu tempat di pedesaan Montana. Pesawat juga mendarat dengan perutnya, artinya tidak menukik. Akibatnya pesawat tidak hancur total.Karena mendarat di ladang jagung yang tertutup salju di dekat kota Big Sandy pesawat terseret cukup jauh.
Departemen Sheriff yang menerima panggilan telepon tentang pesawat mendarat di lapangan dan mesin masih dalam keadaan menyala. Sheriff meminta warga untuk membiarkan mesin berjalan sampai kehabisan bahan bakar.
Sebuah tim dikirim ke tempat kejadian untuk menilai situasi dan membawa pesawat keluar dari sana. Pesawat kemudian dikirim ke California dengan kereta api. Pesawat mengalami kerusakan relatif kecil. Bahkan pesawat itu dikembalikan ke status terbang. Bomber ladang jagung ini kemudian masih bergabung dengan Fighter Interceptor Squadron ke-49, dan akhirnya pensiun dan ditempatkan di museum pada tahun 1986.
MiG-23 Bikin Panik Eropa
Kejadian aneh terjadi ketika era Perang Dingin. Pada 4 Juli 1989 pagi, alarm berbunyi nyaring di Pangkalan Udara Soesterberg di Belanda, tempat Skuadron Taktis Tempur ke-32 Angkatan Udara Amerika ditempatkan.
Beberapa menit kemudian, sepasang F-15 dengan membawa, diawaki oleh Kapten J.D. Martin dan Bill "Turf" Murphy, diluncurkan. Misi mereka adalah untuk mencegat apa yang tampaknya merupakan sebuah jet tempur yang sedang menuju langsung dari wilayah udara yang dikuasai Soviet ke Eropa Barat.
Meskipun Perang Dingin baru saja berakhir, tetapi ketegangan masih melonjak tinggi di antara kedua sisi, dan setiap serangan pesawat tak dikenal perlu ditanggapi dengan cepat.
Saat JD dan Turf mengejar pesawat terbang, yang akhirnya diidentifikasi sebagai pesawat tempur supersonik MiG-23 Flogger Soviet, pengendali darat memberi tahu mereka bahwa semua upaya untuk menghubungi jet telah gagal dan maksud pilotnya tidak diketahui serta berpotensi bermusuhan.
Ketika mereka mendekati Flogger, kedua Eagle itu siap menembak jatuh jika pesawat tidak merespons dan tetap melanjutkan jalur penerbangannya. Tetapi ketika dua pilot F-15 lebih dekat ke pesawat untuk mengidentifikasi secara positif, mereka melihat bahwa tiang di bawah Flogger - yang digunakan untuk memasang rudal dan bom terlihat kosong.
Pada saat itu, Flogger berada di wilayah udara Belanda terbang dengan santai sekitar 400 mil per jam pada ketinggian 39.000 kaki.
Apa yang JD dan Turf lihat selanjutnya semakin mengejutkan. Kanopi Flogger terbuka dan tidak ada pilot di dalam kokpit. Intinya, pesawat tempur Soviet itu terbang sendiri, kemungkinan melalui sistem autopilotnya.
- IHSG Kembali Koreksi, Saham ACES, BRIS, PTBA dan TOBA Menarik Disimak
- Prospek Saham Antam (ANTM) Kala Penjualan Emas Digenjot Naik 43 Persen
- Tom Jones Konser di Jakarta 8 Maret, Tiket Masih Tersedia!
Setelah menghubungi ground control dengan perkembangan baru ini, dua pilot Eagle diberi persetujuan untuk menembak jatuh MiG di atas Laut Utara, jika tidak tiba-tiba jatuh ke daerah berpenduduk.
Tanpa menyadari berapa lama MiG terbang tanpa pilot, dan berjuang melawan cuaca buruk yang bisa membuat puing-puing menembaki MiG ke kota-kota terdekat, JD dan Turf memilih untuk membiarkan jet itu kehabisan bahan bakar dan jatuh Selat Inggris. Tetapi pesawat melaju ke Belgia, akhirnya mengarah ke peternakan saat cadangan bahan bakar terakhir habis. Tragisnya, MiG menabrak rumah pertanian, membunuh seorang anak berusia 19 tahun.
Pihak berwenang berpacu ke lokasi kecelakaan untuk memulai penyelidikan atas kejadian yang terjadi, sementara kedua F-15 kembali ke markas. Pesawat tempur Mirage Prancis juga dipersenjatai dan siap menembak MiG tersebut jika masuk ke wilayah udara Prancis.
Rincian apa yang menyebabkan Flogger itu terbang tanpa awak mulai bermunculan. Ternyata, pesawat tempur Soviet berasal dari Pangkalan Udara Bagicz - tidak jauh dari Kolobrzeg, Polandia dan seharusnya merupakan misi reguler.
Pilot, Kolonel Nikolai Skuridin, melontarkan diri dari pesawat satu menit setelah lepas landas saat instrumen di kokpit memberi tahu dia bahwa ia telah kehilangan kekuatan mesin secara drastis.
Pada ketinggian sekitar 500 kaki, akan berbahaya dan hampir pasti fatal jika Skuridin tetap berada di pesawat. Kolonel tersebut akhirnya melakukan proses ejeksi. Tetapi saat ia melayang kembali ke Bumi, pesawat bukannya jatuh tetapi melanjutkan pendakian, mesinnya tampaknya hidup kembali.
Bencana berikutnya terbukti sangat memalukan bagi Uni Soviet, yang terpaksa menawarkan ganti rugi ke Belgia dan keluarga korban. Menjelang akhir penerbangan MiG, pesawat itu terbang sejauh 625 mil dengan sendirinya sampai kehabisan bahan bakar dan jatuh.