Tidak Hanya ETF, Inilah Faktor-Faktor yang Mendorong Kenaikan Harga Bitcoin
- Pasar kripto kembali mencatatkan kenaikan tertinggi sejak April 2023, dengan harga Bitcoin mencapai US$42.400 (sekitar Rp655,17 juta) hari ini.
Fintech
JAKARTA – Rupanya bukan hanya sentimen yang berasal dari peluncuran exchange traded fund (ETF) yang menjadi pendorong kenaikan harga Bitcoin dalam beberapa waktu ke belakang.
Untuk diketahui, pasar kripto kembali mencatatkan kenaikan, dengan harga Bitcoin mencapai US$42.400 (sekitar Rp655,17 juta dalam asumsi kurs Rp15.446 per-dolar Amerika Serikat/AS) hari ini, Selasa, 5 Desember 2023 pukul 05.00 WIB. Pencapaian ini merupakan yang tertinggi sejak April 2022.
Menurut Fahmi Almuttaqin, Crypto Analyst Reku, lonjakan ini dipicu oleh beberapa faktor, tidak hanya oleh optimisme terkait persetujuan SEC terhadap ETF Bitcoin yang dijadwalkan pada bulan Januari 2024.
Fahmi menjelaskan bahwa selain optimisme terhadap ETF Bitcoin, faktor lain yang mendorong kenaikan harga Bitcoin adalah rendahnya tekanan jual dari investor, yang dapat dilihat dari data exchange netflow Bitcoin.
“Semakin rendah exchange netflow berarti semakin rendah pula kemungkinan investor untuk menjual aset,” kata Fahmi kepada TrenAsia, Selasa, 5 Desember 2023.
- Percepatan Penutupan Pembangkit Listrik Batu Bara di Asia Terus Didorong
- Profil Bayu Krisnamurthi, Wamendag Era SBY yang Jadi Dirut Bulog
- 5 Prinsip Dasar Kode Etik Kecerdasan Buatan (AI) di Industri Fintech
Berdasarkan data IntoTheBlock, pada 2 Desember, exchange netflow Bitcoin mencapai -3,32 ribu Bitcoin, dan pada 3 Desember masih negatif, yakni -1,11 ribu Bitcoin.
Fahmi menekankan bahwa hal ini menunjukkan lebih banyak investor yang mentransfer Bitcoin dari exchange ke dompet pribadi daripada sebaliknya.
Ini mengindikasikan bahwa investor lebih memilih untuk menyimpan atau "hold" Bitcoin yang mereka miliki daripada menjualnya, bahkan ketika harga telah mencapai US$39.500 (Rp608,83 juta).
Selain itu, peran investor institusional juga turut mempengaruhi kenaikan harga Bitcoin. Perusahaan Microstrategy, baru-baru ini membeli Bitcoin sekitar 16.130 koin senilai US$593,3 juta (Rp9,18 triliun), perkembangan yang dinilai Fahmi menunjukkan komitmen kuat terhadap aset kripto.
Ini merupakan pembelian terbesar setelah Februari 2021, membuat total Bitcoin yang dimiliki oleh Microstrategy dan anak perusahaannya mencapai 174.530 Bitcoin.
Fahmi menyoroti bahwa keputusan institusi untuk membeli Bitcoin adalah indikasi meningkatnya kepercayaan terhadap aset kripto, yang dapat meningkatkan legitimasi dan kepercayaan investor ritel.
Selain itu, kehadiran investor institusional juga membawa arus modal besar ke pasar kripto, yang dapat memengaruhi harga secara positif.
Sentimen lain yang mendukung kenaikan harga Bitcoin adalah keyakinan investor terhadap kemungkinan berhentinya siklus kenaikan suku bunga The Fed dan dimulainya siklus penurunan suku bunga pada kuartal pertama 2024.
Investor optimis terhadap berhentinya siklus kenaikan suku bunga didorong oleh keputusan The Fed untuk mempertahankan tingkat bunga pada pertemuan sebelumnya, serta data ekonomi yang menunjukkan tantangan pertumbuhan ke depan, termasuk melemahnya sektor tenaga kerja dan penurunan tingkat inflasi.
“Investor mulai bersiap menghadapi siklus baru penurunan suku bunga tersebut dengan mulai mengambil posisi di aset kripto,” pungkas Fahmi.