Tidak Masuk Akal Mengirim Jet Tempur Typhoon ke Ukraina
- Mengirim Typhoon ke Ukraina Tidak Masuk AkalLONDON- Bagi negara-negara barat, memang tidak ada pilihan yang harus dikesampingkan dalam hal membantu Ukraina. Tet
Tekno
LONDON- Bagi negara-negara barat, memang tidak ada pilihan yang harus dikesampingkan dalam hal membantu Ukraina. Tetapi gagasan untuk mentransfer pesawat tempur Inggris sejujurnya tidak masuk akal secara militer.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak telah meminta Kementerian Pertahanan memberikan opsi pemberian pesawat tempur ke Ukraina.
F-35B sudah pasti keluar dari kemungkinan dalam konteks ini karena sejumlah alasan teknis, keamanan, politik dan hukum.
Pilihan itu berarti menyisakan kekuatan Typhoon. Khususnya jet Tranche 1 yang tersisa yang akan pensiun sekitar tahun 2025. Sekilas, ini tampaknya merupakan inisiatif yang hebat dan tentunya memiliki potensi untuk berkontribusi secara simbolis dalam membuka penyediaan lebih banyak jet cepat Barat.
- 5.000 Lebih Wanita Hamil Rusia Eksodus ke Argentina
- Daftar Lengkap Pemenang BRIT Awards 2023, Harry Styles Mendominasi
- 5 Fakta Membanggakan Taman Safari Prigen, Terluas di Asia
Sebagai contoh, tawaran Inggris baru-baru ini untuk menyediakan sejumlah kecil tank Challenger 2 bisa membantu memacu penyediaan Leopard 2 oleh Jerman dan operator Eropa lainnya, dan Abrams oleh Amerika.
Namun ada batasan praktis yang signifikan untuk setiap penyediaan Typhoon ke Ukraina dari persediaan Inggris, dan risiko yang sangat tinggi dalam hal kesiapan garis depan Royal Air Force.
Pakar militer dari Royal United Service Institute (RUSI) Prof Justin Bronk mengatakan dari perspektif praktis, Angkatan Udara Ukraina memiliki beberapa persyaratan utama untuk pesawat tempur Barat.
“Yang paling mendesak adalah meningkatkan kemampuan pertahanan udaranya terhadap pesawat tempur Rusia di dekat garis depan dan rudal jelajah di dalam Ukraina,” tulisnya di web resmi RUSI 10 Februari 2023.
Tugas ini menurutnya sangat menantang karena fakta Rusia menyebarkan sistem pertahanan udara berbasis darat yang sangat efektif dan berlapis-lapis di Ukraina. Sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh diisi oleh S-400 dan S-300V4 . Didukung radar jarak jauh seperti 'Podlet' 48Ya6-K1, sistem ini dapat mengancam pesawat tempur pada jarak lebih dari 100 km di belakang garis depan. Bahkan pada ketinggian rendah.
Lalu ada sistem jarak menengah seperti Buk M2 dan sistem jarak pendek seperti Tor M1 dan M2. Mereka menambah lapisan ancaman bahkan terhadap pesawat terbang rendah dalam jarak puluhan kilometer dari garis depan.
Sementara itu pesawat tempur Rusia berpatroli di ketinggian dan kecepatan yang relatif tinggi di sisi garis depan Rusia. Dari tempat tinggi ini mereka mengancam pesawat tempur, pembom, helikopter, dan drone Ukraina dengan rudal jarak jauh R-37M.
Typhoon juga rumit untuk dipelihara. Dan sejumlah besar kontraktor Inggris dan peralatan pendukung akan diperlukan untuk memberikan bantuan pemeliharaan di dalam negeri.
Pesawat tempur Barat memang menawarkan peningkatan kapasitas yang signifikan. Mereka bisa mendorong pesawat tempur Rusia lebih jauh dari garis depan. Selain itu memberikan pencegah yang lebih baik terhadap upaya di masa depan untuk mendorong lebih dalam ke wilayah udara Ukraina.
Namun jet-jet tempur ini harus terbang sangat rendah untuk menghindari ancaman sistem pertahyanan udara Rusia. Strategi ini akan menjadikan rudal Rusia akan berada di luar jangkauan efektif yang signifikan. Dibandingkan dengan rudal Rusia yang diluncurkan dari tempat yang jauh lebih tinggi.
Juga hanya rudal udara-ke-udara Barat terbaru dan jarak jauh yang cenderung memberikan kesetaraan praktis dalam jangkauan. Ini membatasi pilihan untuk AIM-120D Amerika atau Meteor Eropa. Masalahnya, Typhoon Tranche 1 tidak kompatibel dengan Meteor. Dan ekspor AIM-120C8/D memerlukan persetujuan Amerika.
Selain itu Typhoon tidak benar-benar dioptimalkan untuk penerbangan tingkat rendah. Melainkan untuk ketinggian dan kecepatan yang sangat tinggi guna memberikan jangkauan rudal yang lebih luas. Sebuah taktik yang akan sulit dijalankan mengingat ancaman sistem rudal pertahahan udara jarak jauh Rusia.
Kemampuan udara ke daratnya juga terbatas pada bom Paveway II dengan pod penargetan Litening III. Ini pada dasarnya tidak berguna dalam lingkungan ancaman di garis depan di Ukraina.
Tidak Cocok
Persyaratan utama Ukraina lainnya untuk pesawat tempur Barat adalah, mereka dapat mengoperasikannya secara berkelanjutan termasuk ketika pangkalan udaranya diserang.
Di sini Typhoon kurang cocok dengan kebutuhan Ukraina. Peralatan dan praktik pemeliharaan dan pemeliharaan untuk pesawat Inggris dirancang di sekitar pangkalan tetap yang terpusat. Pesawat memiliki intake udara underslung yang membuatnya rentan terhadap kerusakan mesin dari puing-puing benda asing. Hal yang umum terjadi di pangkalan udara keras yang telah digunakan Angkatan Udara Ukraina untuk menghindari sasaran serangan Rusia.
Typhoon juga dirancang untuk beroperasi dari landasan pacu yang relatif mulus dan tidak dioptimalkan untuk pendaratan pendek di permukaan kasar. Hal yang juga berlaku untuk F-16 yang juga disebut-berpotensi dikirim ke Ukraina.
:Oleh karena itu untuk mengoperasikan Typhoon atau F-16 secara berkelanjutan, Angkatan Udara Ukraina harus muncul kembali. Dan mungkin memperluas landasan pacunya di pangkalan-pangkalan utama. Tetapi hal ini akan mudah diamati oleh satelit Rusia. Dan pangkalan tersebut akan diserang baik dengan rudal balistik ataupun jelajah,” kata Bronk.
- Sering Diabaikan, Bukan Fokus Mengejar Kebahagiaan Tapi Ini yang Bisa Bikin Kita Bahagia
- Warna Asli Piramida Mesir Ternyata Putih Mengkilap
- Gempa Turki dan Geliat Raksasa yang Tidur 100 Tahun
Lalu ada pertanyaan tentang dampak dari transfer je tempur ini terhadap pertahanan dan keamanan Inggris sendiri. Typhoon Angkatan Udara Inggris terbukti sangat sibuk digunakan selama satu dekade.
Typhoon bergabung dalam Operasi SHADER di atas Irak dan Suriah, pengamanan udara baltik, tugas pertahanan Kepulauan Falkland, dan patroli di sayap Timur NATO.
Hasilnya adalah kekuatan yang benar-benar kewalahan dan aus. Ini dibuktikan dengan menurunnya ketersediaan pesawat di tingkat skuadron karena kekurangan suku cadang, kelelahan personel, dan pilot baru tidak dapat memperoleh pelatihan berkualitas tinggi. Ini adalah konsekuensi yang tak terhindarkan dari operasi tempo tinggi yang berkelanjutan selama bertahun-tahun jauh melampaui asumsi perencanaan Pertahanan.
Dalam konteks ini, akan ada risiko yang sangat serius untuk menyediakan bahkan sejumlah kecil Typhoon Tranche 1 ke Ukraina. Jet sudah jauh lebih sediit daripada jumlah yang dibeli awal yakni 53 unit. Beberapa dari mereka adalah pesawat dua tempat kursi yang tidak mampu bertempur. Dan yang lainnya telah dipensiunkan dan digunakan sebagai sumber suku cadang untuk membuat yang lain tetap terbang.
Jet yang tersisa menjadi sumber utama kekuatan Angkatan Bersenjata Inggris. Dan masalah akan semakin rumit jika sebagian pesawat harus diberikan ke Ukraina.
Pilihan paling masuk akal sebenarnya adalah mengirim Gripen C ke Ukraina. Jet tempur buatan Swedia ini sangat cocok dari sudut pandang operasional. Pesawat secara eksplisit dirancang untuk melawan sistem pertahanan udara Rusia. Dan jet ini bisa terbang sangat rendah serta memiliki rangkaian peperangan elektronik internal. Hal yang paling penting pesawat lebih mudah dirawat dan dioperasikan dari mana saja.
Selama ini Angkatan Udara Swedia sudah membuktikan dapat melakukan servis, mempersenjatai, dan mengisi bahan bakar untuk Gripen di lapangan terbang atau jalan raya yang pendek dan relatif kasar. Mereka juga hanya membutuhkan satu mekanik sangat terlatih yang mengawasi lima wajib militer dengan hanya beberapa bulan pelatihan.
Gripen C juga kompatibel dengan Meteor. Mesin pesawat juga jauh lebih tahan terhadap kerusakan akibat benda asing daripada Typhoon atau F-16.
Karena Inggris ingin membantu Ukraina dengan pesawat tempur, maka Gripen bisa menjadi peluang. Kenapa? Karena sekitar 30% komponen Gripen diproduksi di Inggris. Artinya negara ini memiliki pengaruh untuk bisa mendorongya ke Ukraina. Dan mungkin itu akan lebih masuk akal.