<p>Transaksi digital Bank BNI. / Facebook @BNI</p>
Korporasi

Tidak Terdampak Perang Rusia-Ukraina, Bisnis Luar Negeri BNI Tumbuh Positif

  • Nilai perdagangan luar negeri BNI melonjak 76,73% sepanjang 2021 dan terus tumbuh positif pada 2022.
Korporasi
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengakui performa bisnis perdagangan luar negeri pada awal 2022 masih tumbuh positif. 

Hal itu meneruskan tren tahun 2021 lalu saat volume trade ekspor BNI melonjak 76,73% dan volume perdagangan impor naik 120,41%. Alhasil, fee based income (FBI) perdagangan BNI terkerek sebesar 7,46% year on yar (yoy).

Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan menyatakan dampak ekonomi dari konflik Rusia-Ukraina relatif minim terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun lalu, ekspor Indonesia ke Rusia tercatat US$1,49 miliar atau Rp21,4 triliun (kurs Rp14.393 per dolar Amerika Serikat) atau hanya 0,65% dari total ekspor Indonesia. Adapun, ekspor Indonesia ke Ukraina tercatat US$416,9 juta atau Rp6 triliun atau hanya 0,18% dari total ekspor Indonesia. 

Namun, BNI terus memperhatikan dampak konflik ini terhadap kenaikan harga minyak dunia, yang akhirnya berdampak pada kenaikan inflasi di Indonesia. Hal ini tentunya berpotensi mempercepat peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia. 

"Kendati demikian, kami berharap kenaikan harga komoditas ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih kuat di dalam negeri. Kami pun berharap konflik akan segera berakhir, demi memberikan kepastian dalam berbisnis, dan menjadikan iklim berinvestasi semakin membaik, sehingga berdampak positif pada perekonomian," kata Henry dalam website resmi seperti dikutip Selasa, 8 Maret 2022.

Likuiditas Terjaga

Sementara itu, memasuki tahun ketiga pandemi, BNI mengaku tidak mengalami kesulitan likuiditas sama sekali.  Hal tersebut tercermin dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terus tumbuh sehat.

Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies menyatakan kondisi likuiditas perseroan sangat cukup (ample) yang tercermin dari kenaikan DPK tahun 2021 sebesar 15,5%. 

Jika dirinci, kenaikan DPK ini didominasi oleh dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) ratio yang mencapai 69,4%. Hal ini pun berdampak baik pada penurunan cost of fund dari 2,6% menjadi 1,6%, turun 1% per akhir 2021. 

"Kami juga selalu menjaga keuangan bank dalam kondisi likuid untuk menjawab berbagai kebutuhan dana nasabah. Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada pada posisi 230,2%, di atas batas minimum regulator dan menunjukkan BNI tahan terhadap guncangan yang mungkin terjadi. Ini menandakan ketahanan likuiditas BNI yang sangat baik pada saat ini,” kata Corina.

Ditambahkan Corina, total simpanan hingga periode Desember 2021 mencapai Rp729,2 triliun. Persentasenya dari sisi perorangan 41% sekitar Rp297,9 triliun, lalu institusi 42% atau Rp301,1 triliun, serta sisanya 18% untuk simpanan segmen kecil dan menengah.

Dengan komponen dana beragam tersebut, BNI memiliki kemampuan menjamin simpanan dana nasabah yang kuat untuk rentang waktu jangka harian hingga untuk satu tahun ke depan. 

Hal ini telah BNI antisipasi baik itu bersumber dari maturity profile DPK, maupun rencana cash in, cash out nasabah, lalu penempatan aset yang sangat likuid ke Bank Indonesia yang mudah di-convert ke cash apabila diperlukan. Hal-hal ini untuk menjaga kebutuhan operasional dana nasabah.