Tidak Terkendali, Harga Bawang Merah Alami Inflasi Tertinggi Sejak Januari 2021
- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga bawang merah yang melonjak di bulan April 2024 telah menyebabkan inflasi untuk komoditas tersebut ke tingkat tertinggi sejak Januari 2021.
Makroekonomi
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga bawang merah yang melonjak di bulan April 2024 telah menyebabkan inflasi untuk komoditas tersebut ke tingkat tertinggi sejak Januari 2021.
BPS melaporkan indeks harga konsumen (IHK) pada April 2024 menunjukkan inflasi sebesar 0,25 persen dibanding dari bulan sebelumnya/month to month (mtm). Selain itu, tahunan atau year on year (yoy) menunjukkan inflasi 3%.
Namun, inflasi pada April 2024 yang bertetapan pada Lebaran masih lebih rendah dari inflasi Maret 2024 yang jatuh pada awal Ramadan, ebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi yang tercatat pada Lebaran di 3 tahun sebelumnya, yaitu pada April 2023, Mei 2022, dan Mei 2021.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan kelompok makanan, minuman, dan tembakau telah meredam laju inflasi pada April 2024 dengan sumbangan deflasi 0,01%.
Ia menambahkan, meski tercatat adanya deflasi, beberapa komoditas pangan masih mengalami inflasi di bulan April 2024. Dari 10 komoditas yang paling banyak berkontribusi pada inflasi, 6 di antaranya adalah komoditas pangan.
“Bawang merah adalah komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi dengan inflasi 30,75%, bawang merah memberikan andil inflasi sebesar 0,14%,” ujar Amalia, saat konferensi pers di kantor BPS, pada Kamis, 2 Mei 2024.
- Diprediksi Rilis September, Penampakan iPhone 16 Bocor
- Laba OCBC (NISP) Kuartal I-2024 Tembus Rp1,17 Triliun
- Proliga 2024 Siap Digelar di Semarang, Banyak Promo Beli Tiket di Aplikasi PLN Mobile
Amalia menjelaskan, melambungnya harga bawang merah terjadi akibat menurunnya pasokan di beberapa wilayah. Dan inflasi ini adalah yang tertinggi selama periode Januari 2021 sampai April 2024 untuk bawang merah.
Kekurangan pasokan bawang merah sejalan dengan laporan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang menyatakan pada Maret 2024, curah hujan tinggi terjadi di wilayah utara Jawa Tengah (Pantura).
“Kenaikan harga disebabkan karena terganggunya produksi di wilayah sentra produksi karena banjir di sepanjang wilayah Pantura seperti Brebes, Cirebon, Kendal, Demak, Grobogan, Pati, dan lain-lain,” jelas dia.
Selain bawang merah, komoditas pangan lain yang inflasi yaitu tomat—juga mengalami inflasi setelah sebelumnya tercatat deflasi selama dua bulan berturut-turut. Sementara itu bawang, meskipun tekanan inflasinya sudah melantai seiring dengan realisasi impor yang meningkat pada Maret 2024.
“Tekanan inflasi ayam ras juga berkurang sejalan dengan peningkatan produksi dan juga produksi jagung pipilan kering pada Maret dan April 2024,” tuturnya.
Tidak Terkendali
Perlu diketahui, harga bawang merah di pedagang eceran tidak terkendali. Hampir sepekan lebih harganya melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni sebesar Rp41.500 per kilogram (kg), dan pemerintah belum memberikan solusi yang konkret.
Data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan harga rata-rata nasional bawang merah adalah Rp52.120 per kg, dengan harga tertinggi mencapai Rp77.800 per kilogram di Papua Tengah dan terendah Rp36.280 per kilogram di Kepulauan Riau.
- Saham Sampoerna (HMSP) Tersengat Cum Dividen Jumbo Rp8,06 Triliun
- Adaro Mineral Indonesia (ADMR) Raih Laba Bersih Rp1,8 Triliun di Kuartal I 2024
- Adaro Energy Indonesia (ADRO) Bukukan Laba Capai Rp6 Triliun hingga Kuartal I-2024
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas), mengungkapkan kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh kondisi cuaca yang mengakibatkan banjir di area sentra produksi. Ia menjamin harga bawang merah akan mulai menurun minggu depan.
“Kemarin banjir sebentar, kalau banjir ya sudah, paling seminggu lagi sudah normal,” kata Zulhas saat konferensi pers setelah acara Halal Bihalal di Kementerian Perdagangan, Jakarta, pada Kamis, 25 April 2024.
Pernyataan Zulhas diperkuat oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Doni Primanto Joewono. Ia mengatakan, kenaikan signifikan harga bawang merah karena beberapa sentra produksi bawang di Brebes hingga Kendal mengalami cuaca buruk dan banjir.
“Memang beberapa sentra produksi bawang merah seperti Brebes, Demak, Kendal, dan lainnya dalam kondisi banjir, sehingga memengaruhi pasokan dan distribusi,” papar Doni dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG April 2024.
Zulhas juga menegaskan, pemerintah tidak mempertimbangkan opsi impor bawang merah guna memenuhi kebutuhan domestik, berbeda dengan situasi bawang putih yang masih bergantung pada impor.
“Jadi tidak ada impor bawang merah, tidak ada,” tegas Zulhas.