Ilustrasi pesawat Pelita Air saat landing di Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
IKNB

Tiket Pesawat Mahal, Bagaimana Prospek Asuransi Perjalanan di Indonesia?

  • Asuransi perjalanan memberikan ketenangan bagi masyarakat, sehingga mereka dapat menikmati tujuan perjalanan dengan maksimal, baik untuk keperluan bisnis, keluarga, maupun liburan.

IKNB

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Harga tiket pesawat domestik yang masih tinggi tidak menyurutkan jumlah wisatawan dalam negeri. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), periode Januari hingga Juli 2024 mencatatkan 598,7 juta perjalanan wisatawan domestik, mengalami peningkatan sebesar 18% dibandingkan tahun 2023. Kondisi ini membuka peluang besar bagi industri asuransi perjalanan di Indonesia, terutama dalam mendukung pengelolaan risiko perjalanan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, menyatakan bahwa peningkatan perjalanan ini menciptakan potensi besar untuk pengembangan asuransi perjalanan di Tanah Air. 

"Asuransi perjalanan memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam bentuk ‘peace of mind’," ujar Ogi melalui jawaban tertulis, dikutip Selasa, 5 November 2024.

Manfaat Asuransi Perjalanan untuk Wisatawan

Ogi menjelaskan bahwa asuransi perjalanan memberikan ketenangan bagi masyarakat, sehingga mereka dapat menikmati tujuan perjalanan dengan maksimal, baik untuk keperluan bisnis, keluarga, maupun liburan. 

"Peace of mind ini akan memberi dampak positif karena masyarakat dapat fokus pada kegiatan atau menikmati liburannya sebab jika terjadi hal yang tidak diinginkan, asuransi akan memberikan penggantian kerugian finansial sesuai dengan manfaat yang dipertanggungkan," tambahnya.

Dengan tingginya minat masyarakat untuk berwisata, prospek asuransi perjalanan di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh, sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan perlindungan selama bepergian.

Mengapa Harga Tiket Penerbangan Domestik Mahal?

Kenaikan harga tiket penerbangan domestik di Indonesia terus menjadi sorotan masyarakat. Beberapa faktor krusial diyakini turut memengaruhi biaya tiket pesawat, mulai dari tingginya harga avtur hingga ketergantungan terhadap nilai tukar Rupiah. Berikut ini sejumlah aspek yang memengaruhi harga tiket pesawat di Indonesia.

1. Harga Avtur yang Lebih Tinggi Dibanding Negara Lain

Salah satu alasan utama mahalnya tiket pesawat domestik di Indonesia adalah tingginya biaya avtur atau bahan bakar pesawat. Dibandingkan dengan negara-negara lain, harga avtur di Indonesia lebih tinggi. 

Padahal, biaya avtur ini merupakan komponen terbesar dalam struktur biaya operasional maskapai penerbangan. Berdasarkan data dari Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carrier Association/INACA), avtur berkontribusi sekitar 35% terhadap total biaya operasional maskapai, diikuti biaya pemeliharaan (25%), kepemilikan armada pesawat (20%), biaya penggunaan bandara dan landasan pacu (10%), serta biaya lainnya (10%).

Meski harga avtur mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir, disparitas harga antara wilayah Jawa dan luar Jawa masih cukup tinggi. 

Di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, misalnya, harga avtur pada Oktober tahun ini berada di level Rp12 ribu per liter, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp13 ribu perliter. 

Namun, harga avtur di beberapa bandara di luar Pulau Jawa, seperti Bandara Lede Kalumbang di Nusa Tenggara Timur, masih berada di kisaran Rp14.467 perliter. 

Perbedaan harga ini ikut mendorong kenaikan biaya operasional maskapai di daerah-daerah tertentu, yang berujung pada tingginya harga tiket di rute-rute tertentu.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang Dikenakan pada Maskapai dan Penumpang

Selain faktor avtur, penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga menjadi beban tambahan bagi maskapai penerbangan dan penumpang. PPN yang dikenakan secara berlapis, baik pada maskapai maupun penumpang, berkontribusi pada tingginya harga tiket. 

Penerapan pajak berlapis ini tentunya berdampak pada biaya yang harus ditanggung konsumen, sehingga harga tiket menjadi kurang kompetitif.

3. Adanya Tarif Batas Atas dan Bawah

Pemerintah Indonesia menetapkan tarif batas atas dan bawah untuk menjaga stabilitas harga tiket pesawat. Namun, adanya batasan ini justru menjadi faktor yang membuat harga tiket cenderung tinggi. 

Maskapai penerbangan, dalam rangka menjaga profitabilitas, cenderung menerapkan tarif di batas atas agar tidak mengalami kerugian. Akibatnya, harga tiket menjadi sulit turun, terutama di waktu-waktu tertentu seperti musim liburan atau puncak perjalanan.

4. Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS

Kondisi nilai tukar mata uang juga memengaruhi harga tiket pesawat. Ketika nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah, maskapai mengalami kesulitan untuk mendapatkan avtur dengan harga yang lebih murah. 

Sebagai komponen utama biaya operasional, harga bahan bakar yang mahal memperkecil daya saing maskapai untuk menawarkan tiket dengan harga lebih terjangkau. Ketergantungan pada Dolar AS ini semakin menguatkan dampak fluktuasi kurs terhadap harga tiket domestik di Indonesia.

5. Harga Avtur di Berbagai Wilayah yang Beragam

Harga avtur di Indonesia tidak merata di seluruh wilayah. Menurut data PT Pertamina, bandara-bandara di luar Pulau Jawa seringkali memiliki harga avtur yang lebih tinggi dibandingkan bandara di Jawa. Contohnya, harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta yang terendah di Indonesia mencapai Rp12 ribu perliter pada Oktober 2024. 

Sementara itu, harga di Bandara Lede Kalumbang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mencapai Rp14.467 perliter. Selain itu, bandara-bandara di wilayah Maluku dan Maluku Utara, seperti Bandara Mathilda Batlayeri dan Bandara Kuabang Kao Halmahera Utara, juga tercatat memiliki harga avtur yang tinggi.

Perbedaan harga avtur ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk biaya distribusi dan infrastruktur di wilayah tersebut. Biaya avtur yang lebih mahal di luar Jawa mendorong maskapai untuk menetapkan harga tiket yang lebih tinggi demi menutup biaya operasional di wilayah-wilayah tersebut.

Penurunan Harga Avtur Belum Berdampak Signifikan

Meskipun terjadi penurunan harga avtur di beberapa bandara utama di Pulau Jawa, dampaknya terhadap harga tiket pesawat belum terasa secara signifikan. 

Sebagai contoh, di Bandara Soekarno-Hatta, harga avtur turun dari Rp13 ribu menjadi Rp12 ribu perliter pada Oktober 2024, angka ini juga merupakan yang terendah sepanjang tahun. Meski demikian, penurunan ini belum cukup untuk memangkas harga tiket pesawat secara keseluruhan.

Harga tiket pesawat domestik di Indonesia pada akhirnya bergantung pada berbagai faktor yang kompleks, mulai dari biaya avtur, pajak, hingga regulasi tarif batas.