TikTok Vs Trump Dipantau, IHSG Pekan Ini Diproyeksi Konsolidasi
Sepanjang pekan lalu, 14-18 September 2020, IHSG ditutup menguat 0,85% ke level 5.059,22 dengan posisi tertinggi 5.161,82. Selama sepekan, investor asing mencatat aksi jual bersih alias net sell Rp3,8 triliun dan sejak awal tahun Rp39,67 triliun.
Industri
JAKARTA -Setelah menguat tipis dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bakal berada dalam fase konsolidasi cenderung melemah sepanjang pekan ini.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee memprediksi pekan ini IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5.000-4.754 dan resistance di level 5.100-5.187.
Pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta yang lebih longgar mampu mendorong IHSG naik di awal pekan lalu. PSBB total ditempuh akibat kenaikan angka infeksi harian dan angka kematian COVID-19 tertinggi di wilayah Jakarta.
“Tetapi dampak PSBB Total yang longgar tetap diperkirakan akan mengganggu aktivitas bisnis dan perusahaan. Pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif,” katanya dalam riset, Minggu, 20 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Sepanjang pekan lalu, 14-18 September 2020, IHSG ditutup menguat 0,85% ke level 5.059,22 dengan posisi tertinggi 5.161,82. Selama sepekan, investor asing mencatat aksi jual bersih alias net sell Rp3,8 triliun dan sejak awal tahun Rp39,67 triliun.
Hans Kwee menilai selain mencermati PSBB DKI Jakarta, IHSG pada pekan ini juga bakal dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri. Salah satunya adalah keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan 4% lantaran lebih mengutamakan stabilitas keuangan dalam mendukung perekonomian domestik.
“Mengindikasikan Bank Sentral tetap independen. Biarpun inflasi sangat rendah tetapi volatilitas rupiah membuat BI menahan penurunan suku bunga,” kata dia.
BI memastikan kepada pelaku pasar bahwa perjanjian burden sharing dengan pemerintah hanya untuk tahun 2020. Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menjanjikan akan mempertahankan kebijakan moneter BI tetap independen.
Menurut dia, data yang baik juga ditunjukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 kembali mencatatkan surplus sebesar US$2,33 miliar. Kedua hal ini diharapkan mampu membuat rupiah menguat dan lebih stabil ke depannya.
TikTok versus Trump
Sementara itu, sejumlah sentimen juga bakal mempengaruhi gerak IHSG dari luar negeri. Pelaku pasar menanti rancangan undang-undang stimulus fiskal untuk mengantisipasi virus corona baru yang diperkirakan senilai US$1,5 triliun.
“Pelaku pasar akan memperhitungkan paket stimulus fiskal yang diperkirakan senilai US$1,5 triliun yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan. Bila terjadi kesepakatan diharapkan mampu menjadi sentimen positif yang mendorong indeks-indeks dunia naik dan nilai tukar dolar AS melemah,” tegasnya.
Dia bilang, meningkatnya ketegangan antara pemerintah AS dan China juga menjadi perhatian pelaku pasar. Pemerintahan Trump berencana untuk melarang WeChat dan aplikasi berbagi video TikTok di AS mulai Minggu malam.
AS berencana memblokir penggunaan aplikasi milik China tersebut dengan alasan keamanan nasional. Sebelumnya Presiden Donald Trump menginginkan penjualan bisnis aplikasi TikTok di Amerika paling lambat 20 September kalau tidak aplikasi tersebut akan ditutup.
ByteDance lebih memilih Oracle untuk menjadi mitra teknologi TikTok di AS dengan rencana Oracle akan mengambil alih saham yang signifikan dalam bisnisnya. Tetapi sampai saat ini belum ditemukan perkembangan perjanjian tersebut. Hal ini membuka potensi memanasnya hubungan kedua negara.
Terpisah, Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan IHSG pada awal pekan berada pada rentang 5.002-5.123. Pola gerak IHSG terlihat sedang berusaha keluar dari fase konsolidasi wajar.
“Peluang kenaikan masih cukup besar mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih berada dalam kondisi stabil, namun fluktuasi nilai tukar rupiah serta masih terjadinya capital outflow sejak awal tahun masih akan turut memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG hingga beberapa waktu mendatang, hari ini IHSG berpotensi bergerak dalam rentang terbatas,” tegasnya. (SKO)