<p>Ilustrasi Trading Bitcoin / Pixabay.com</p>
Fintech

Tingkat Kesulitan Penambangan Bitcoin Meningkat, Bagaimana Proyeksi Aset Kripto di Februari?

  • Bank sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) melambatkan kenaikan suku bunga menjadi sebesar 25 basis poin pada awal tahun 2023 seiring dengan inflasi yang melandai.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Tingkat kesulitan penambangan (mining difficulty) aset kripto Bitcoin meningkat seiring dengan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang melambat.

Bank sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) melambatkan kenaikan suku bunga menjadi sebesar 25 basis poin pada awal tahun 2023 seiring dengan inflasi yang melandai.

Sejak inflasi AS tercatat melambat pada bulan Desember 2022 di angka 6,5% secara tahunan, harga-harga aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar mengalami penguatan yang signifikan.

Financial Expert PT Kagum Teknologi Indonesia (Ajaib Kripto) Panji Yudha mengatakan, kenaikan Bitcoin dkk pada Januari adalah suatu fenomena yang mengejutkan.

Pasalnya, jika ditinjau secara historis, bulan Januari adalah momentum ketika Bitcoin dan aset-aset kripto lainnya cenderung mengalami pelemahan.

"Kenaikan suku bunga yang lebih rendah dapat menjadi sentimen positif bagi pergerakan aset kripto. Pergerakan Bitcoin di setiap bulan Februari cenderung bergerak positif dengan kenaikan rata-rata di sebesar 12,11% dari tahun 2014-2022," ujar Panji dikutip dari riset yang diterima TrenAsia, Senin, 6 Februari 2023.

Panji pun menjelaskan bahwa sentimen positif yang tengah tumbuh di pasar kripto cukup terlihat dari tingkat kesulitan penambangan BTC yang telah bertambah 4,68% dan mencapai titik tertinggi pada hari Minggu, 29 Januari 2022.

Tingkat kesulitan penambangan adalah indeks yang mewakili daya komputasi yang diperlukan untuk menambang satu Bitcoin, yang diperbarui kira-kira setiap dua minggu.

Semakin tinggi tingkat kesulitannya, artinya lebih banyak penambang yang memasuki jaringan dan mengindikasikan pertumbuhan permintaan atas Bitcoin.

"Dengan menimbang berbagai faktor yang telah dipaparkan, kami melihat pada Februari ini Bitcoin berpotensi untuk melanjutkan momentum bullish. Walau berpotensi naik, kami mengimbau investor untuk tetap mengikuti perkembangan pasar mengingat aset kripto adalah salah satu instrumen investasi dengan volatilitas tinggi," kata Panji.

Untuk diketahui, menurut pantauan Coin Market Cap, Senin, 6 Februari 2023 pukul 15.30 WIB, Bitcoin tengah menempati posisi harga US$22.879 atau setara dengan Rp344,44 juta dalam asumsi kurs Rp15.055 per-dolar AS.

Dalam 24 jam terakhir, Bitcoin terpantau mengalami penurunan 2,26%. Pelemahannya mencapai 3,03% jika mengacu pada hitungan mingguan.

Kendati demikian, jika mengacu pada data sejak awal tahun 2023 atau secara year-to-date, Bitcoin tercatat mengalami penguatan hingga 37,62%.