PT Timah Tbk
Nasional

TINS Targetkan Smelter Senilai Rp1,20 Triliun Rampung November 2022

  • PT Timah Tbk (TINS) targetkan pengelolaan produksi yang lebih efisien dengan hadirkan smelter baru yakni Ausmelt Furnace.
Nasional
Feby Dwi Andrian

Feby Dwi Andrian

Author

JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) menargetkan proyek smelter berteknologi Top Submerged Lance (TSL) Ausmelt Furnace rampung pada November 2022. 

TINS berharap, smelter ini sudah dapat berkontribusi efektif mulai tahun depan. 

"Saat ini progresnya sudah 97 persen dan perkiraan November 2022 sudah selesai," ujar Sekretaris Perusahaan TINS, Abdullah Umar pada acara Public Expose, Rabu, 14 September 2022.

Abdullah mengungkapkan, smelter ini mampu mengolah atau meleburkan konsentrat biji timah dengan kadar 40% (low grade). Proses peleburan yang lebih cepat dari smelter baru ini memperlihatkan efisiensi 25%-34% dibandingkan dengan smelter eksisting.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS, Fina Eliani mengungkapkan bahwa pendanaan Ausmelt Furnace didukung oleh Finnvera dan Indonesia Eximbank.

TINS merogoh kocek sebesar US$80 Juta atau setara Rp1,20 triliun untuk membangun smelter berkapasitas 40.000 ton crude tin per tahun.

"Betul pendanaan smelter berasal dari Finnvera dan Indonesia Eximbank dengan total US$73 juta," ungkap Fina.

Fina menegaskan pendanaan tersebut tidak akan terpakai semua, tapi ia memperkirakan hanya menggunakan US$68 juta saja.

Awalnya smelter ini akan beroperasi pada awal tahun, namun karena pandemi COVID melanda Tanah Air, ada beberapa hal yang menyebabkan proyek ini mundur.

Sebagai informasi, harga jual logam perseroan saat ini menggunakan harga market, tidak menggunakan fix price. Ini merujuk pada basis yang TINS gunakan yaitu London Metal Exchange (LME). 

Pada semester I-2022, produksi bijih timah TINS tercatat sebesar 9.901 metrik ton (Mton) atau turun 14% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 Mton.

Setali tiga uang, produksi logam timah di periode ini juga turun sebesar 26% menjadi 8.805 Mton dari periode yang sama tahun lalu sebesar 11.915 Mton. 

Adapun penjualan logam timah tercatat sebesar 9.942 Mton pada semester I-2022. Turun sebesar 21% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 12.523 Mton.

Meski begitu, pendapatan TINS terpantau naik 27% menjadi Rp 7,47 triliun di paruh pertama tahun ini. Dengan perolehan laba bersih sebesar Rp1,08 triliun, melesat 301% dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya Rp270 miliar.

Hal ini lantaran adanya faktor kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 48% menjadi US$41.11 per metrik ton.