Aktivitas penambangan PT Amman Mineral Internasional.
Energi

Tipis, Cadangan Nikel Jenis Ini Akan Habis 13 Tahun Lagi

  • Nikel Saprolite banyak diolah melalui sistem Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang nantinya menghasilkan produk berupa Nickel Pig Iron (NPI), Feronikel (FeNi), atau Nickel Matte
Energi
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) blak-blakan terkait ketahanan cadangan mineral yang ada di Indonesia. Bahkan ada yang hanya bertahan hanya 13 tahun lagi.

Menurut Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba Tri Winarno, umur cadangan mineral kadar tinggi tercatat yang paling tipis dibandingkan komoditas mineral kritis lainnya yang dimiliki Indonesia.

“Ketahanan cadangan nikel saprolit (kadar tinggi) ini kira-kira kita punya 13 tahun dan yang limonit (kadar rendah) 33 tahun,” kata Tri saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa, 19 Maret 2024.

Baca Juga: Cadangan Nikel RI Hanya 15 Tahun, Namun Untuk Bahan Baterai Banyak

Sekadar informasi, biji nikel memiliki dua jenis kadar tinggi  (saprolite) atau bijih nikel dengan kadar rendah (limonite). Bijih nikel dengan kadar tinggi  (saprolite) biasanya lebih mudah dijual karena smelter untuk mengolah nikel tersebut sudah tersedia. Sedangkan nikel kadar rendah atau limonite masih jarang terserap.

Nikel Saprolite banyak diolah melalui sistem Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang nantinya menghasilkan produk berupa Nickel Pig Iron (NPI), Feronikel (FeNi), atau Nickel Matte.

Lebih lanjut untuk tembaga Tri menyebut, ketahanan cadangan masih ada sekitar 23 tahun lagi. Sedangkan bauksit di angka 97 tahun lagi. Kemudian untuk ketahanan cadangan timah masih mencapai 31 tahun. Sementara itu, cadangan emas dan perak berada di atas 100 tahun lagi.

Kementerian ESDM melakukan sejumlah cara untuk menambah cadangan yang ada seprti peluasan, penugasan hingga lelang blok tambang.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2021, sumber daya bijih nikel mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,24 miliar ton. Untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton.

Baca Juga: Cadangan Nikel Menipis, Menteri ESDM Batasi Izin Smelter Nikel Kelas II

Cadangan Migas Juga Tipis

Sebelumnya,  Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti mengungkapkan, dalam melakukan eksplorasi migas tidak dapat hasil yang secara instan. Sehingga menggenjot penemuan sumur baru harus segera digalakkan.

Shinta memaparkan, jumlah pengeboran dari 2020-2022 secara jumlah sumur ekplorasi naik, pada 2022 SKK Migas mencatat pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 30 sumur atau meningkat 7% dibandingkan pada 2021.

Namun pada 2023 cukup eksponensial atau berpangkat, sehingga dengan adanya penemuan di berbagai tempat, akan ada risiko di beberapa area mengalami  penurunan produksi (decline rate).

"Tidak instan hasilnya. Baru terasa 5 tahun kemudian, jadi jika ada yang bilang cadangan migas tinggal 10 tahun lagi, dari dulu tidak habis-habis. Karena kita tambah terus eksplorasinya agar reserves replacement ratio (RRR)100%, itulah kenapa eksplorasi sangat penting sekarang," kata Sinta dalam acara Diskusi Investasi Hulu Migas 2023 dan Launching Website SKK Migas di Wisma Mulai, Jakarta, Selasa, 14 Februari 2023.