<p>Sop buah menjadi hidangan paling dinanti saat berbuka puasa. / Mokapos.com</p>
Gaya Hidup

Tips Agar UMKM Tak Runtuh Hadapi COVID-19 Saat Ramadan

  • Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus memiliki strategi bisnis agar tidak runtuh dihantam pandemi COVID-19, terutama saat Ramadan.

Gaya Hidup
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus memiliki strategi bisnis agar tidak runtuh dihantam pandemi COVID-19, terutama saat Ramadan.

Perusahaan rintisan (start-up) penyedia layanan kasir digital PT Moka Teknologi Indonesia memberikan sejumah strategi bisnis untuk membantu UMKM dalam menghadapi Ramadan di tengah pandemi COVID-19.

Data Analyst Moka Hutami Nadya mengatakan untuk mengetahui strategi bisnis yang tepat, para pelaku usaha harus memahami pola perilaku konsumen selama bulan puasa agar dapat mengambil langkah yang efisien dan efektif.

“Jika melihat dari tren konsumsi di bulan Ramadan, terjadi peningkatan sebanyak 67% dari jumlah gerai food and baverage (F&B) yang beroperasi di antara jam 2-4 pagi,” kata Hutami dalam video conference di Webinar di Jakarta, Rabu, 15 April 2020.

Hutami menjelaskan dalam jangka waktu itu, terdapat peningkatan permintaan konsumen untuk santapan sahur. Dalam sebulan, ada sebanyak 658 transaksi per jam selama jangka waktu tersebut di setiap gerainya.

Para pelaku UMKM bidang F&B dapat memanfaatkan pick hour (jam sibuk) ini untuk mendorong pendapatan bisnisnya. Hutami mengatakan konsumen cenderung memilih makanan yang praktis untuk sahur, maka UMKM cukup menawarkan menu andalan mereka dalam periode waktu sahur ini.

Selanjutnya, pick hour juga terjadi pada jam 5-6 sore yakni periode waktu berbuka puasa. Hampir seluruh jenis F&B mengalami kenaikan penjualan saat periode tersebut, kecuali untuk gerai toko roti dan kopi lantaran untuk buka puasa jarang yang memilih dua jenis hidangan itu.

Hutami mengatakan bahwa salah satu strategi yang dapat difokuskan adalah penjualan online. Sebab, saat ini masyakarat lebih memilih untuk melakukan segala transaksi lewat online dan mengandalkan jasa layanan pesan-antar.

Berdasarkan data Moka, ada 20% gerai F&B yang menawarkan promo spesial Ramadan. Namun, penjualan dari promo tersebut hanya berkontribusi 8% terhadap total penjualan. Sehingga, jika melihat kondisi saat ini, pelaku UMKM lebih baik memberikan promo untuk jasa layanan antar seperti penggratisan ongkos kirim.

“Pelaku usaha dapat berinovasi dengan membuat menu khusus delivery yang dapat dimasak dan diolah sendiri oleh para konsumen sehingga dapat dimanfaatkan di waktu khusus seperti sahur dan buka puasa,” ujarnya.

Hal itu dikatakan Hutami, sebab saat ini masyarakat lebih suka memasak makanannya sendiri. Hal itu disebabkan beberapa faktor di antaranya untuk menghindari konsumsi makanan dari luar dan masyakarat cenderung senang menghabiskan waktu luangnya untuk memasak.

Sementara, di industri ritel fashion terjadi peningkatan jumlah pendapatan hingga 50% selama Ramadan. Ada jenis produk terpopuler yang paling laris terjual selama Ramadan yaitu tunik, hijab, dan gamis.

Berbeda dengan industri ritel, jasa kecantikan justru pendapatannya meningkat hingga 54% pada satu bulan setelah Ramadan.

“Untuk mendapatkan cashflow positif, pelaku UKM juga bisa memberlakukan skema pay-it-forward untuk pelanggan,” jelas Hutami.

Pay-it-forward merupakan skema pelanggan dapat membeli terlebih dahulu paket produk atau jasa dari suatu bisnis yang manfaatnya bisa dirasakan hingga beberapa waktu ke depan. Biasanya, pelaku usaha dapat mengaplikasikan potongan harga dengan bentuk berupa kupon.

“Skema ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha untuk mendapatkan cashflow positif untuk membiayai rental tempat, gaji karyawan, cicilan modal usaha, asuransi, stok bahan baku, dana perbaikan, dan pengeluaran lainnya,” kata dia. (SKO)