Tips Aman Jadi Investor Pinjol Fintech P2P Lending Saat Pandemi
Sebelum melakukan investasi, pastikan platform P2P lending yang di pilih merupakan entitas resmi dan terdaftar di OJK.
JAKARTA – Seiring kemajuan zaman, berbagai instrumen investasi turut mengalami perkembangan. Salah satunya datang dari industri keuangan termuda saat ini, yakni financial technology peer-to-peer lending (fintech P2P lending).
P2P lending berbasis teknologi ini merupakan layanan pinjam-meminjam uang secara langsung antara pendana (lender) dengan peminjam dana (borrower) yang berbasis informasi. Hal ini seperti yang tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77 Tahun 2016.
Melalui sebuah platform fintech P2P lending, siapapun dapat menjadi investor atau pendana. Sedangkan, terdapat dua kategori lender dalam sebuah layanan P2P lending, yaitu lender individu dan institusi.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Bagi masyarakat umum yang ingin menjadi pendana di platform fintech P2P lending biasanya akan dikategorikan sebagai lender individu. Sementara, lender institusi merupakan pendana berbadan usaha.
Lantas apa saja yang harus diperhatikan sebelum menjadi pendana di platform yang biasa di kenal pinjaman online ini? Simak ulasan berikut!
Pilih Platform Resmi yang Sesuai Karakter Diri
Sebelum melakukan investasi, pastikan platform P2P lending yang di pilih merupakan entitas resmi dan terdaftar di OJK. Pasalnya banyak aplikasi serupa yang nyatanya ilegal.
Setelah memastikan perusahaan fintech lending yang dipilih resmi dan terdaftar di OJK, pastikan platform sesuai dengan preferensi investasi Anda. Alasanya, tiap entitas memiliki segmen pinjaman yang berbeda.
Biasanya pendanaan dalam fintech lending dibagi menjadi dua kategori. Pinjaman konsumtif dan pinjaman produktif.
Pinjaman konsumtif biasanya diberikan kepada borrower untuk keperluan konsumsi seperti berbelanja atau dana talangan. Pinjaman jenis ini biasanya menawarkan imbal hasil yang tinggi kepada lender, namun diikuti dengan risiko gagal bayar yang tinggi pula.
Sementara, pinjaman produktif diperuntukkan bagi pelaku usaha, biasanya pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pemodalan jenis ini menawarkan imbal hasil tidak setinggi pinjaman konsumtif, namun risiko gagal bayar cenderung lebih minim.
Dalam kategori pinjaman produktif terbagi lagi dalam beberapa segmen pasar. Mulai dari pemodalan bagi pedagang ultra mikro, pertanian, kelautan hingga proyek perumahan. Nah, jadi pastikan kembali platform fintech lending yang dipilih sudah sesuai dengan kriteria diri.
Pelajari Profil Borrower
Setelah langkah di atas sudah dilaksanakan, sekarang pelajari profil calon borrower yang akan didanai. Hal ini untuk mendapatkan borrower potensial dan pastinya taat dalam menjalankan kewajiban bayar pinjaman.
Beberapa aspek penting yang perlu di lihat dari borrower antara lain:
- Rating
Dalam dunia fintech lending, sistem credit scoring berbasis teknologi menjadi salah satu keunggulan industri ini dibandingkan dengan jenis layanan pinjaman lainnya.
Dari hasil credit scoring akan muncul rating para calon borrower. Sehingga para lender bisa melihat profil sekaligus kemampuan bayar calon peminjamnya sebagai bahan pertimbangan.
- Rekam jejak
Pastikan borrower memiliki rekam jejak yang baik dalam hal pengembalian pinjaman. Biasanya borrower yang telah mendapatkan pemodalan beberapa kali menunjukkan karakteristik yang cukup baik. Artinya borrower selama ini mendapat kepercayaan dari para lender.
- Segmen Pasar
Para lender juga perlu melakukan analisis terhadap segmen pasar yang potensial. Jangan sampai malah mendanai segmen pasar yang sepi dari minat masyarakat.
Selain itu, para lender juga bisa mendanai segmen pasar atau pelaku usaha yang memiliki potensi ke depan. Jika segmen atau usaha yang Anda danai dapat berkembang, sudah pasti menimbulkan kepuasan tersendiri karena merasa turut berkontribusi.
Lakukan Diversifikasi Pendanaan
Tidak hanya di fintech lending, diversifikasi juga menjadi anjuran dalam beberapa instrumen investasi. Diversifikasi adalah penyebaran dana di beberapa profil pendanaan yang berbeda. Skema ini bisa mengurangi risiko kerugian investasi dalam jumlah besar.
Seperti ulasan di atas, terdapat beberapa profil dari tiap borrower. Jika profil pendanaan memiliki return yang tinggi, maka risiko yang harus ditanggung lender juga semakin besar, begitu pun sebaliknya.
Pilih Invoice Financing
Invoice financing adalah solusi kredit di mana peminjam menggunakan invoice belum terbayar yang ia miliki sebagai dokumen utama dalam aplikasi pinjaman. Saat pelanggan membayar invoice, peminjam dapat melunasi pinjamannya ke penyedia invoice financing.
Sederhananya, pelaku usaha yang merupakan calon borrower sudah menyelesaikan pekerjaan atau proyeknya, namun belum menerima pembayaran dari penerima produk atau jasanya (payor).
Invoice financing ini biasanya dijadikan agunan oleh borrower untuk mendapatkan pemodalan. Portofolio ini juga di klaim lebih aman. Sebab dengan adanya invoice tersebut menunjukkan bisnis borrower telah berjalan.
Platform fintech lending biasanya juga bekerja sama dengan para payor. Platform berperan sebagai penyelenggara pembiayaan rantai pasok bagi para mitra payor. Dengan skema ini, lender pun dapat lebih tenang dalam menginvestasikan dananya. (SKO)