1000345997.jpg
Nasional

Tjap Bal Tiga, Pabrik Rokok Pertama Cikal Bakal Raja Kretek Kudus

  • Tjap Bal Tiga bisa dibilang menjadi salah satu pertama di Indonesia yang didirikan oleh pengusaha bernama Nitisemito. Nitisemito dijuluki sebagai 'Raja Kretek' karena sukses mengelola pabrik-pabrik rokok yang memproduksi jutaan batang rokok dengan ribuan buruh.

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA - Industri Cukai Hasil Tembakau (CHT) masih menyumbang tinggi kinerja pajak di Indonesia. Terakhir, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan cukai tercatat mencapai Rp138,4 triliun atau 56,2% dari target APBN.

Untuk komoditas cukai hasil tembakau (CHT) tumbuh 4,7% yoy dipengaruhi oleh kenaikan produksi terutama hasil tembakau golongan II dan III. Dalam industri kretek terdapat ribuan orang yang terlibat di hulu sampai ke hilir, mulai dari petani, pelinting, sampai distributor.

Namun, ternyata kebesaran industri kretek di Indonesia bermula dari ketidaksengajaan. Tjap Bal Tiga bisa dibilang menjadi salah satu pertama di Indonesia yang didirikan oleh pengusaha bernama Nitisemito. Nitisemito dijuluki sebagai 'Raja Kretek' karena sukses mengelola pabrik-pabrik rokok yang memproduksi jutaan batang rokok dengan ribuan buruh.

Secara bertahap, bisnis rokoknya makin terkenal dan penjualan terus meningkat. Salah satu puncak kejayaan Tjap Bal Tiga terjadi sejak 1918, yaitu saat mereka mendirikan pabrik di Desa Jati seluas enam hektare.

Berbagai cara promosi modern pun sudah dilakukan si 'Raja Kretek' ketika itu. Misalnya bungkus rokok yang dicetak di Jepang dengan logo timbul hingga menyebar brosur menggunakan pesawat terbang, radio, hingga sandiwara keliling. Namun, bisnis Tjap Bal Tiga bukan tanpa masalah. Popularitasnya mulai menurun saat Perang Dunia II pada 1939.

Kehadiran Jepang yang represif turut membuat pabrik rokok kretek Nitisemito mengalami kesulitan lagi. Ekonomi yang sulit, baik domestik maupun global, pada saat itu membuat pabrik rokok sulit berkembang. Perintah pemerintah Jepang agar Nitisemito membuka kembali pabriknya tahun 1944-1945 dan usaha Nitisemito membuka pabrik rokoknya lagi tahun 1947, menemui kebuntuan.

Selang beberapa tahun setelah Nitisemito meninggal, pihak keluarga mencoba menghidupkan kembali pabrik rokok kretek Tjap Tiga Bal pada tahun 1962, tetapi hanya bertahan setahun. Soemadji sebagai pewaris juga tidak berniat menghidupkan kembali pabrik warisan ayahnya tersebut.

Rokok Tjap Bal Tiga, namun hanya bertahan 1-2 tahun sebelum akhirnya tutup permanen. Kendati sudah tak produksi lagi, rokok Tjap Bal Tiga bisa dibilang salah satu merek rokok legendaris dan rokok tertua di Indonesia.