Tambang Batu Bara Gunung Owen Glencore Digambarkan di Ravensworth, Australia (Reuters/Loren Elliott)
Bursa Saham

Top 3 Saham Tambang LQ45 Paling Boncos dalam 6 Bulan Terakhir

  • PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi saham tambang LQ45 yang mengalami depresiasi signifikan selama 6 bulan terakhir.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Indeks LQ45 adalah indeks harga saham yang mencakup 45 perusahaan dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tidak mengherankan, emiten yang masuk dalam indeks ini menjadi incaran investor, termasuk saham-saham pertambangan, terutama saat harganya sedang murah.

Data yang dihimpun TrenAsia tercatat bahwa dari 45 saham yang tergabung dalam Indeks LQ45, ada lebih dari 8 saham di antaranya berasal dari sektor tambang, dengan kapitalisasi pasar minimal Rp16,22 triliun.

Saham-saham tambang yang masuk ke dalam Indeks LQ45 umumnya merupakan perusahaan besar dengan operasi yang luas di sektor pertambangan, seperti pertambangan batu bara, nikel, emas, tembaga, dan lainnya.

Dari 8 saham tambang tersebut, terdapat 3 saham yang mengalami depresiasi harga sebesar 24,12% selama 6 bulan terakhir. Pertanyaannya, apakah kondisi tersebut adalah waktu yang tepat bagi investor untuk menyerok saham tersebut?

HRUM

PT Harum Energy Tbk (HRUM) berada di urutan ketiga dengan depresiasi saham tambang LQ45 sebesar 11,44% ke level Rp1.200 per saham selama 6 bulan terakhir. Pada perdagangan hari ini, market cap saham tambang batu bara dan nikel ini mencapai Rp16,22 triliun.

Selama periode tersebut, harga saham HRUM mencatatkan level tertinggi di Rp1.590 per saham pada Kamis, 8 April 2024. Saat ini, Price-to-Earnings Ratio (PER) saham emiten tambang milik konglomerat Kiki Barki ini di angka 261,02 kali dan Price to Book Value Ratio (PBVR) di angka 1,15 kali. 

Sebagai informasi, PER membandingkan harga saham saat ini dengan laba bersih per saham (earnings per share/EPS). PER yang lebih rendah biasanya menunjukkan bahwa saham tersebut undervalued, sementara PER yang lebih tinggi bisa menunjukkan saham yang overvalued.

Di sisi lain, PBVR digunakan untuk membandingkan harga saham dengan nilai buku (book value) per saham. PBVR yang rendah mengindikasikan saham yang undervalued, sementara PBVR yang tinggi menunjukkan saham yang overvalued.

BRPT

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) adalah satu-satunya emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu yang masuk LQ45. Meski begitu, sepanjang 6 bulan terakhir, emiten tambang batu bara ini terpantau menguap 12,78% ke level Rp1.180 per saham.

Selama periode tersebut, emiten bermarket cap Rp110,62 triliun, sempat menyentuh level tertingginya di level Rp1.460 per saham pada Jumat, 17 Mei 2024. Saat ini, PER emiten ini berada di angka 195,88 kali dan PBVR di angka 4.09 kali. 

ANTM

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi saham tambang LQ45 yang mengalami depresiasi signifikan selama 6 bulan terakhir. Pasalnya, nilai emiten tambang emas plat merah menguap 24,12% ke level Rp1.290 per saham.

Selama periode tersebut, emiten dengan market cap Rp31 trilliun pernah menyentuh level tertingginya di harga Rp1.845 per saham pada Rabu, 17 April 2024. Saat ini PER dan PBVR emiten ini masing-masing berada di level 32,51 kali dan 1,00 kali. Meski begitu, dividen yield yang ditawarkan ANTM masih cukup besar, yakni di angka 9,93%. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Trenasia.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.