Penambang Artisanal Bekerja di Tilwizembe, Bekas Tambang Tembaga Kobalt Industri, di Luar Kolwezi, Ibu Kota Provinsi Lualaba di Selatan Republik Demokratik Kongo (Reuters/Aaron Ross)
Korporasi

Top 3 Saham Tambang LQ45 Paling Moncer dalam 6 Bulan Terakhir

  • PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatatkan prestasi sebagai saham tambang yang paling meroket dalam indeks LQ45 selama 6 bulan terakhir.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Indeks LQ45 adalah indeks harga saham dari 45 perusahaan tercatat dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tak heran, emiten yang masuk indeks menjadi buruan investor tak terkecuali saham pertambangan. 

Saham-saham tambang yang masuk ke dalam Indeks LQ45 umumnya merupakan perusahaan besar dengan operasi yang luas di sektor pertambangan, seperti pertambangan batu bara, nikel, emas, tembaga, dan lainnya.

Data yang dihimpun TrenAsia tercatat bahwa dari 45 saham yang tergabung dalam Indeks LQ45, ada sekitar 9 saham di antaranya berasal dari sektor tambang, dengan kapitalisasi pasar maksimal Rp835 triliun.

Dalam artikel ini, TrenAsia berusaha mengidentifikasi dan menganalisis 3 saham tambang teratas dalam indeks LQ45 yang paling menonjol selama 6 bulan terakhir. Perlu dicatat bahwa artikel ini bersifat edukatif dan tidak merupakan ajakan untuk berinvestasi.

AMMN

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatatkan prestasi sebagai saham tambang yang paling meroket dalam indeks LQ45 selama 6 bulan terakhir. Saham yang berfokus pada emas dan tembaga, mengalami kenaikan signifikan mencapai 78,68% menjadi Rp11.525 per saham.

Sebagai hasilnya, market cap AMMN melonjak menjadi Rp835 triliun, menjadikannya salah satu emiten dengan market cap terbesar ketiga di BEI. Saat ini, Price-to-Earnings Ratio (PER) dan Price to Book Value Ratio (PBVR) saham ini masing-masing di angka 101,93 kali dan 11,27 kali. 

Sebagai informasi, PER membandingkan harga saham saat ini dengan laba bersih per saham (earnings per share/EPS). PER yang lebih rendah biasanya menunjukkan bahwa saham tersebut undervalued, sementara PER yang lebih tinggi bisa menunjukkan saham yang overvalued.

Di sisi lain, PBVR digunakan untuk membandingkan harga saham dengan nilai buku (book value) per saham. PBVR yang rendah mengindikasikan saham yang undervalued, sementara PBVR yang tinggi menunjukkan saham yang overvalued.

ADRO

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang memiliki market cap sebesar Rp91,80 triliun menjadi saham tambang LQ45 yang paling energik sepanjang 6 bulan terakhir. Pasalnya, nilai emiten portofolio PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) ini sukses melenting 19,09% ke level Rp2.870 per saham pada Rabu, 3 Juli 2024. 

Selama periode tersebut, harga saham ADRO mencatatkan level tertinggi di Rp2.960 per saham pada Rabu, 8 Mei 2024. Saat ini, PER berada pada 3,86 kali. Angka ini menunjukkan bahwa saham batu bara yang terafiliasi Garilbadi “Boy” Thohir ini dihargai cukup rendah, mengingat dividen yield-nya yang mencapai sekitar 14,26%.

MBMA

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang juga emiten terafilasi Boy Thohir ini sepanjang 6 bulan terakhir berhasil melesat 10,81% ke level Rp620 per saham. Saat ini, emiten tambang nikel memiliki market cap 66,96 triliun. 

Selama periode tersebut, harga saham MBMA mencatatkan level tertinggi di Rp730 per saham pada Jumat, 19 Januari 2024. Saat ini, PER saham ini berada pada 281,90 kali. Meski begitu, PBVR saham ini masih di angka 2,78 kali. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Trenasia.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.