Top! 4,82 Ton Kopi Asal Bogor Diekspor ke China
JAKARTA – PT UCC Victo Oro Prima berhasil ekspor produk olahan kopi sebanyak 4,82 ton ke Shanghai, China. Produk yang diekspor adalah roasted coffee beans dengan tiga varian kopi, yakni kintamani blend, java blend, dan toraja blend. Ketiganya merupakan produksi dari Kawasan Industri Bogorindo, Sentul, Jawa Barat. “Ekspor ini dapat memacu pelaku usaha dalam negeri […]
Industri
JAKARTA – PT UCC Victo Oro Prima berhasil ekspor produk olahan kopi sebanyak 4,82 ton ke Shanghai, China.
Produk yang diekspor adalah roasted coffee beans dengan tiga varian kopi, yakni kintamani blend, java blend, dan toraja blend. Ketiganya merupakan produksi dari Kawasan Industri Bogorindo, Sentul, Jawa Barat.
“Ekspor ini dapat memacu pelaku usaha dalam negeri terus melakukan ekspor meski di tengah pandemi agar dapat berkontribusi pada peningkatan ekspor non migas,” kata Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 25 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Pelepasan perdana bagi perusahaan ini menggunakan muatan kontainer penuh 1×20” FCL (full container load) untuk komoditas kopi olahan ke pasar China.
“Kami berkomitmen menawarkan dan menghasilkan kopi olahan terbaik di segmen kualitas tertinggi untuk hotel, restoran, kafe, dan juga keperluan industri,” ujar Victor.
Target Ekspor
Sepanjang 2020, total ekspor PT UCC Victo Oro Prima ditargetkan mencapai 20 ton kopi olahan dengan negara tujuan utama yaitu China dan Vietnam. Untuk pasar nasional, perusahaan juga menyuplai hampir 95% produk kopi ke pasar lokal, salah satunya ke gerai makanan siap saji.
Olvy Andrianita mengakui capaian PT UCC Victo Oro Prima tidak terganggu dengan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Riset dan terobosan inovasi selama kerja dari rumah menjadi kunci peningkatan ekspor tanah air,” jelas Olvy.
Menurut data Olvy, Indonesia memiliki 31 produk kopi berindikasi geografis yang terdaftar pada Ditjen Kekayaan Intelektual Kemenkumham. Contohnya, kopi arabika gayo, arabika mandailing, arabika kintamani, serta arabika java preanger dari Jawa Barat.
Untuk memperluas penetrasi pasar, Kemendag terus meningkatkan akses melalui penguatan peran Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), serta melalui perjanjian perdagangan internasional.
“Pihak kami mengusahakan agar produk kopi olahan juga mendapat tarif 0 persen, bukan hanya produk biji kopi wholly obtained.”
Olvy juga mendukung upaya hilirisasi produk kopi dengan menerapkan prinsip organik, ketertelusuran, serta keberlanjutan untuk meningkatkan daya saing produk kopi olahan di pasar internasional.
Kinerja Ekspor Olahan Kopi
Menurut data Kementerian Perindustrian, kinerja ekspor produk kopi dan olahannya pada Januari–Juni 2020 mencapai US$620,41 juta. Turun 8,57% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai US$678,55 juta.
Kini, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke-4 dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Menurut kinerja ekspornya, Indonesia ada di peringkat ke-7 sebagai eksportir kopi dan olahannya terbesar yang memasok 4,05% kebutuhan dunia pada kuartal II-2020.
Sayangnya, tren ekspor kopi Indonesia dan produk olahannya pada 2015-2019 turun rata-rata 1,09%. Penyebabnya antara lain terganggunya rantai distribusi selama PSBB dan penguncian negara tujuan ekspor.
Tidak hanya itu, hambatan berasal dari penurunan harga kopi dunia. Lalu, teknis perdagangan seperti isu kontaminasi bahan kimia jenis Glyphosate Kopi Aceh Gayo (contohnya di Jerman, Prancis dan Inggris).