Petugas PLN Area Pelaksana Pemeliharaan (APP) sedang melakukan inspeksi harian  pada semua peralatan di GIS Alam Sutera. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Top! PLN Kantongi Pendapatan Rp455 Triliun pada 2022

  • PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN membukukan pendapatan senilai Rp455 triliun (unaudited) pada 2022.

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN membukukan pendapatan senilai Rp455 triliun (unaudited) pada 2022. 

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengakui, butuh usaha ekstra untuk dapat mencetak pendapatan moncer tahun lalu. Apalagi, tahun lalu PLN menghadapi volatilitas kurs dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang jauh di atas asumsi makro. 

"Tentu saja kinerja ini melalui 'extraordinary effort' terutama di tahun 2022 yang lalu," kata Darmawan Prasodjo saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu 15 Februari 2023. 

Dalam paparannya ke DPR, Darmawan menjelaskan, pendapatan PLN tahun lalu ditopang oleh penjualan listrik yang tumbuh sebesar 6,3%, yaitu 274 terawatt hour (TWH), lebih tinggi 16,1 TWh atau setara Rp22,2 triliun dibandingkan dengan 2021 sebesar 257 TWh. 

Angka tersebut, juga lebih tinggi 10,7 TWh atau setara Rp15,4 triliun dari target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2022, yaitu 263 TWh. 

"Ini bahkan lebih tinggi 10,7 TWh atau setara Rp15,4 triliun dibanding target RKAP di tahun 2022, targetnya yaitu 263 TWh," ungkap Darmawan. 

Penjualan listrik yang naik tak lepas dari kebijakan PLN untuk melakukan program diskon tambah daya, dengan memfasilitasi agar tambah daya ini bisa jauh lebih murah dan jauh lebih mudah. 

Juga, PLN membangun electrifying lifestyle, electrifying agriculture, dan electrifying marine yang kemudian membuat kapal-kapal yang bersandar tadinya menggunakan diesel beralih menggunakan listrik PLN. Selain itu, PLN juga menggandeng pengembangan kawasan ekonomi khusus, kawasan industri dan juga smelter. 

PLN juga melaporkan pemangkasan belanja modal atau capital expenditure (capex) melalui penundaan ekspansi aset yang belum dibutuhkan. Adapun capex yang sebelumnya dianggarkan sebesar Rp70 triliun turun hanya menjadi Rp57 triliun. 

“Ini dampaknya terlihat sekali debt service coverage ratio kita yaitu operating cash flow dibanding pembayaran pokok dan bunga itu bisa naik dari 1,41 menjadi 1,97 dalam hal ini kami juga melakukan sentralisasi pelaksanaan secara end to end begitu ada demand dinamikanya nambah atau berkurang kami langsung melakukan adjustment.”