Disaat Resesi, Aset BCA Terbesar Sepanjang Sejarah
JAKARTA – Tahun 2020 tidak hanya bersejarah karena kotraksi ekonomi akibat mewabahnya COVID-19, tetapi juga sebagai tahun dengan capaian aset tertinggi bagi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bagaimana tidak, tahun lalu aset BCA berhasil mencapai Rp1.075,6 triliun, naik 17,0% year on year (yoy) dibandingkan dengan posisi 2019 sebesar Rp918,99 triliun. “2020 telah menjadi tahun […]
Industri
JAKARTA – Tahun 2020 tidak hanya bersejarah karena kotraksi ekonomi akibat mewabahnya COVID-19, tetapi juga sebagai tahun dengan capaian aset tertinggi bagi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Bagaimana tidak, tahun lalu aset BCA berhasil mencapai Rp1.075,6 triliun, naik 17,0% year on year (yoy) dibandingkan dengan posisi 2019 sebesar Rp918,99 triliun.
“2020 telah menjadi tahun bersejarah bagi BCA, karena total aset Perseroan mampu menembus seribu triliun rupiah untuk pertama kalinya, yakni mencapai Rp1.075,6 triliun atau naik 17,0 persen yoy,” kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja virtual, Senin, 8 Februari 2021.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Jahja menyampaikan, kenaikan laba merupakan bentuk keberhasilan BCA mencatatkan kinerja dana pihak ketiga (DPK) yang sehat. Di mana current account and savings account (CASA) tumbuh 21,0% yoy mencapai Rp643,9 triliun, berkontribusi 76,6% dari total DPK.
Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14,0% yoy menjadi Rp196,9 triliun. Secara total, dana pihak ketiga naik 19,3% yoy menjadi Rp840,8 triliun di tahun 2020.
“Pertumbuhan DPK tidak lepas dari tingginya tingkat kepercayaan nasabah serta kuatnya fondasi bisnis perbankan transaksi BCA,” tambahnya.
Seiring dengan positifnya pertumbuhan likuiditas, BCA mampu mencetak pendapatan bunga yang lebih tinggi dari aset treasury. Sehingga mengompensasi imbal hasil (yield) dan outstanding kredit yang menurun.
Selain itu, sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia. Dalam hal ini, BCA menurunkan suku bunga produk DPK yang mana berdampak pada beban bunga yang lebih rendah.
Oleh karena itu, BCA mampu mempertahankan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih pada 2020, yakni naik 7,3% yoy menjadi Rp54,5 triliun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga menurun tipis 0,5% yoy, menjadi Rp20,2 triliun.
Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp74,8 triliun, meningkat 5,1% yoy. Beban operasional tercatat sebesar Rp29,3 triliun, 3,1% lebih rendah dari 2019.
Oleh sebab itu PPOP meningkat hingga 11,2% yoy menjadi Rp45,4 triliun pada 2020. Sehingga dapat menjadi penyangga yang memadai untuk mengantisipasi kebutuhan biaya pencadangan.
BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp11,6 triliun, atau naik 152,3% yoy. Secara keseluruhan, laba bersih tercatat sebesar Rp27,1 triliun, menurun 5% dibandingkan laba bersih tahun 2019 yang sebesar Rp28,6 triliun. (SKO)