Tower Bersama (TBIG) Tawarkan Obligasi Rp2,48 Triliun untuk Bayar Utang ke UOB
- Adapun pinjaman yang diberikan yakni sebesar Rp1,29 triliun untuk TB dan Rp248,4 miliar untuk SKP. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk membayar utang kepada UOB yang nilainya mencapai US$375 juta atau setara dengan Rp5,68 triliun dalam asumsi kurs Rp15.168 per-dolar Amerika Serikat (AS) tertanggal 28 Juni 2019.
Korporasi
JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menawarkan obligasi berkelanjutan V Tahap VI Tahun 2022 dengan nilai pokok Rp2,48 triliun untuk membayar utang kepada United Overseas Bank Ltd.
Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), obligasi ini diterbitkan tanpa warkat dan ditawarkan dengan nilai 100% dari jumlah pokok obligasi dengan tingkat bunga 6,12% pertahun dan jangka waktu 370 hari kalender sejak tanggal emisi.
Bunga obligasi akan dibayarkan setiap kuartal, yang mana bunga pertama akan dibayarkan pada 17 Mei 2023 sementara bunga obligasi terakhir sekaligus dengan pelunasan obligasi akan dibayarkan pada 27 Februari 2024.
- Waduh, Benarkah Punya iPhone Harus Dilaporkan Saat SPT Tahunan? Ini Penjelasannya
- Ekspansif! Matahari (LPPF) Buka 7 Gerai Baru Sebelum Lebaran 2023
- Prospek Layanan JKN Cerah, Analis: Saham Mitra Keluarga (MIKA) Cocok Dikoleksi Jangka Panjang
Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, dana yang diperoleh dari penawaran obligasi ini di antaranya akan dipinjamkan perseroan ke anak usaha TBIG, PT Tower Bersama (TB), dan perusahaan afiliasi TBIG, PT Solu Sindo Kreasi Pratama (SKP).
Adapun pinjaman yang diberikan yakni sebesar Rp1,29 triliun untuk TB dan Rp248,4 miliar untuk SKP. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk membayar utang kepada UOB yang nilainya mencapai US$375 juta atau setara dengan Rp5,68 triliun dalam asumsi kurs Rp15.168 per-dolar Amerika Serikat (AS) tertanggal 28 Juni 2019.
Kemudian, sisa dana dari penawaran obligasi ini akan digunakan juga untuk melakukan pembayaran sebagian utang yang menjadi kewajiban keuangan TB terkait dengan fasilitas pinjaman sebesar US$275 juta (Rp4,17 triliun) kepada UOB.
Sementara itu, mengingat kewajiban-kewajiban utang ini akan dibayarkan dalam mata uang dolar AS, maka jumlah yang akan dikonversi akan disesuaikan dengan kurs rupiah terhadap dolar AS yang berlaku pada tanggal pembayaran.
"Dalam hal nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan sehingga terdapat sisa dana hasil penawaran umum obligasi setelah perseroan melakukan pembayaran fasilitas pinjaman dalam US$275 juta (Rp4,17 triliun) sampai dengan US$63 juta (Rp955,58 miliar)," tulis perseroan dalam keterangan yang dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Selasa, 14 Februari 2023.
Kelebihan dana akibat selisih kurs rupiah terhadap dolar AS yang menguat rencananya akan digunakan untuk modal kerja.
- Sering Diabaikan, Bukan Fokus Mengejar Kebahagiaan Tapi Ini yang Bisa Bikin Kita Bahagia
- Apa Itu Efek Mandela?
- 5 Kalimat yang Tidak Boleh diucapkan di Tempat Kerja, Gantilah dengan Ini
Masa penawaran umum obligasi ini jatuh pada Selasa, 14 Februari 2023 sementara tanggal penjatahan jatuh pada 15 Februari 2023.
Kemudian, tanggal pengembalian uang pemesanan dan tanggal distribusi obligasi secara elektronik (tanggal emisi) dijadwalkan pada 17 Februari 2023, sedangkan tanggal pencatatan obligasi pada BEI jatuh pada 20 Februari 2023.