PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
Korporasi

TOWR Siap Rights Issue Rp9 Triliun, Begini Prospek Sahamnya

  • Sebelumnya, TOWR menargetkan pendapatan mencapai Rp12,44 triliun pada akhir 2024, yang merupakan target maksimal dari manajemen.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) berencana melakukan penambahan modal melalui penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan target dana sebesar Rp9 triliun.

Manajemen TOWR, dalam keterangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 18 September 2024, menjelaskan bahwa dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk modal kerja anak perusahaannya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).

Penerbitan saham baru ini akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 Oktober 2024.

Sebelumnya, TOWR menargetkan pendapatan mencapai Rp12,44 triliun pada akhir 2024, yang merupakan target maksimal dari manajemen.

Adviser Group Investor Relations Sarana Menara Nusantara, Adam Gifari, mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan organik perusahaan diperkirakan akan berkisar antara 4-6% pada tahun ini, sehingga target pendapatan minimal berada di angka Rp12,2 triliun.

"Perkiraan kenaikan pendapatan ini belum memasukkan hasil akuisisi PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST), yang masih dalam proses audit final," ujarnya.

Asal tahu saja, akuisisi mayoritas saham IBST telah selesai dilakukan pada 1 Juli 2024, dan Inti Bangun (IBST) akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan TOWR mulai kuartal III-2024.

Direktur Utama dan CEO Sarana Menara Nusantara Group, Aming Santoso menambahkan bahwa pertumbuhan bisnis organik tahun ini akan didukung oleh segmen non-menara, termasuk layanan fiber to the home (FTTH), dengan target 1,6-1,8 juta sambungan rumah (homes passed) pada akhir 2024. 

"Bisnis FTTH sangat strategis karena mendukung strategi konvergensi fixed mobile yang dijalankan operator telekomunikasi, sekaligus memperluas jaringan fiber optik iForte," tambahnya.

Selain itu, perusahaan juga melihat sinergi yang kuat antara aset dan operasional segmen FTTH, fiber to the tower (FTTT), konektivitas, serta segmen menara. Kesempatan pertumbuhan lain yang tercipta adalah akuisisi 90,11% saham IBST, dengan nilai yang diklaim sangat menguntungkan. "Kami akan menambah sekitar 3.300 menara dan 16.000 km aset fiber optik," ungkap Aming.

Setelah akuisisi tersebut, dengan arus kas IBST yang kuat, TOWR berhasil melunasi utang bank sebesar Rp580 miliar, serta menurunkan biaya bunga dari kisaran 8,5-9% menjadi sekitar 6,5%. "Sinergi aset, manajemen, dan operasional kini sedang berjalan, dan dampak optimal dari sinergi ini diperkirakan akan terlihat pada 2025," tutup Aming.

Dari lantai bursa, saham TOWR terpantau melemah 3,55% ke level Rp815 per saham. Sementara itu, sepanjang tahun ini saham emiten grup Djarum ini terpantau melemah 17,01%.

Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas dalam riset terbarunya tetap mempertahankan peringkat beli untuk saham Sarana Menara Nusantara atau TOWR. Target harga saham TOWR berbasis discounted cash flow (DCF) tetap dipatok sebesar Rp 1.300, yang menunjukkan EV/EBITDA mencapai 10,4 kali.