Toyota Desak India Pangkas Pajak Kendaraan Hibrida Hingga 20 Persen
- Pajak kendaraan listrik (EV) di India hanya sebesar 5%, sedangkan pajak pada kendaraan hibrida mencapai 43%, hampir mendekati 48% yang dikenakan pada mobil bensin. Toyota berpendapat, selisih 5 poin persentase ini dianggap tidak memadai.
Dunia
JAKARTA - Toyota Motor Jepang berupaya membujuk pemerintah India untuk memangkas pajak kendaraan hibrida sebanyak 20%. Perusahaan otomotif terbesar di dunia itu beralasan kendaraan hibrida jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan mobil bensin.
Hingga kini mereka melihat kendaraan hibriba belum mendapatkan perlakuan kebijakan yang sebanding. Informasi ini terungkap dalam sebuah surat perusahaan. Toyota berencana meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi lonjakan permintaan kendaraan hibrida di India.
Namun, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi lebih fokus pada mendorong penjualan kendaraan listrik (EV), dengan menawarkan insentif jutaan dolar kepada perusahaan-perusahaan untuk memproduksi EV dan baterai.
- Cara Mudah Menghemat Uang dengan Anggaran yang Ketat
- Hati-Hati! Sosial Media Bikin FOMO dan Perilaku Konsumtif, Ini Penjelasannya
- Studi: Diet Soda dan Makanan Olahan Dapat Tingkatkan Risiko Depresi Anda
Pajak kendaraan listrik (EV) di India hanya sebesar 5%, sedangkan pajak pada kendaraan hibrida mencapai 43%, hampir mendekati 48% yang dikenakan pada mobil bensin. Toyota berpendapat, selisih 5 poin persentase ini dianggap tidak memadai.
Hal itu mengingat emisi yang lebih rendah dan konsumsi bahan bakar yang lebih baik yang ditawarkan oleh kendaraan hibrida. Ini sesuai dengan surat Toyota kepada think-tank Niti Aayog yang menjadi kunci dalam pembuatan kebijakan pemerintahan Modi.
Surat dari Kepala Toyota India, Vikram Gulati, menyatakan, selisih pajak dibandingkan dengan mobil bensin seharusnya sekitar 11 poin persentase untuk kendaraan hibrida dan 14 poin persentase untuk kendaraan fleksibel-hibrida.
Itu setara dengan tarif pajak sebesar 37% pada kendaraan hibrida dan 34% pada kendaraan hibrida fleksibel, masing-masing dipotong sebanyak 14% dan 21%. “Dengan tulus, kami ingin meminta dukungan kebijakan yang sebanding,” tulis Gulati dalam surat tertanggal 20 September, yang sebelumnya tidak pernah dilaporkan.
Toyota, yang mempopulerkan teknologi hibrida dengan Prius, telah menghadapi kritik dari investor dan kelompok iklim karena masih mendukung hibrida, yang menurutnya lebih masuk akal untuk pasar di mana infrastrukturnya belum siap untuk EV.
Dilansir dari Reuters, pada Senin, 23 Oktober 2023, raksasa India Tata Motors (TAMO.NS) dan Mahindra & Mahindra (MAHM.NS) mendukung EV, sedangkan Toyota dan Honda Motor (7267.T) ingin dukungan untuk hibrida.
Toyota menolak mengomentari surat itu tetapi mengatakan cara paling optimal untuk mengurangi emisi karbon adalah melalui campuran pilihan energi alternatif dan listrik, termasuk EV dan hibrida. Niti Aayog tidak menanggapi permintaan komentar.
Toyota telah mulai mengembangkan EV sambil juga memperjuangkan mobil bertenaga hidrogen, dengan mengatakan pendekatan multi-jalur diperlukan untuk mengatasi krisis iklim.
- Korea dan Arab Saudi Sepekat Perkuat Kemitraan Strategis
- Pj. Bupati Kudus: Komitmen Lindungi 80 Ribu Tenaga Kerja SKT yang Hasilkan Pertumbuhan Ekonomi
- Rusia Tidak Bisa Hanya Mengupil Melihat Situasi Timur Tengah
Toyota mengatakan, struktur pajak India dan penggunaan power-train yang umumnya lebih mahal, termasuk mesin dan komponen elektrifikasi seperti baterai dan motor, membuat produksi kendaraan hibrida menjadi 30%-35% lebih mahal dibandingkan dengan mobil bensin sejenis.
Dalam suratnya, Toyota juga meminta India untuk mengikutsertakan kendaraan hibrida dalam program insentif pemerintah yang memberikan diskon kepada pembeli, sebuah skema yang saat ini hanya berlaku untuk EV.