TPA Piyungan Ditutup, UGM Tawarkan Cara Atasi Permasalahan Sampah
- Pemerintah dapat bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah lebih dulu mengembangkan strategi pengolahan sampah.
Nasional
YOGYAKARTA - Warga di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul mulai merasakan dampak penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan di Kabupaten Bantul, DIY. Sejak TPA Regional Piyungan ditutup pada tanggal 23 Juli 2023, terlihat tumpukan sampah yang semakin menumpuk di beberapa sudut jalan. Melansir Antara, TPA Piyungan ini ditutup karena sudah melebihi kapasitas.
Melansir dari situs resmi Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta, TPA Piyungan atau Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, dibangun pada tahun 1994-1996 dan mulai beroperasi sejak tahun 1996 dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemda DIY dan mulai Tahun 2000 dikelola oleh Sekretariat Bersama (Sekber) Kartamantul.
Semenjak ditutup, masalah sampah yang menumpuk di pinggir jalan penting untuk segera diselesaikan dengan mengambil langkah-langkah dalam mengolah dan mengelola sampah guna mengurangi penumpukan sampah tersebut. Pemerintah dapat bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah lebih dulu mengembangkan strategi pengolahan sampah.
- Program U-Solar 2.0 UOB Dukung Rantai Nilai Industri Tenaga Surya di Indonesia
- Sah Jadi Bank Terbaik! Bank Mandiri Sabet Gelar Best Bank in Indonesia di 2023 versi Euromoney
- Pasar Tomohon Akhiri Penjualan Daging Anjing dan Kucing
Dalam pengolahan sampah, UGM telah mengembangkan strategi pengolahan secara mandiri dan berwawasan lingkungan. Komitmen UGM ini merupakan bagian dari dukungan mereka terhadap program pemerintah untuk mewujudkan kota berkelanjutan, sebagaimana tertuang dalam rencana aksi SDGs poin ke-11. Salah satu indikator kota berkelanjutan adalah pengelolaan sampah solid yang baik.
UGM telah mengambil berbagai langkah dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Sejak tahun 2011, mereka telah mengembangkan fasilitas pengolahan sampah organik menjadi kompos di Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM, Desa Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Kemudian, pada tahun 2016, UGM mendirikan Rumah Inovasi Daur Ulang (RinDU) sebagai laboratorium daur ulang sampah dan limbah dengan mengutamakan konsep pengolahan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Untuk pengelolaan sampah, UGM menggunakan beberapa metode seperti komposting untuk sampah organik menjadi pupuk, pirolisis untuk limbah plastik menjadi bahan bakar, dan incinerator untuk pengolahan sampah yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Selama pandemi Covid-19, UGM juga berkolaborasi dengan berbagai mitra untuk mengatasi persoalan limbah masker dan sarung tangan plastik. Mereka menciptakan sistem pengelolaan limbah bernama Dropbox-Used Mask (Dumask) yang bertujuan untuk menyediakan jalur pembuangan yang aman dan ramah lingkungan bagi masker dan sarung tangan bekas dari masyarakat umum. Dropbox tersebut ditempatkan di berbagai lokasi dan petugas akan mengambil sampah medis tersebut untuk dihancurkan dengan pemanasan bersuhu tinggi (pirolisis).
Civitas UGM telah mengembangkan beragam terobosan dan inovasi berbasis teknologi dalam menangani persoalan sampah dan limbah. Salah satunya adalah hasil penelitian dari Fakultas Teknik UGM, yaitu pengembangan mesin pencacah plastik yang dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal.
Bahan Daur Ulang
Inovasi ini diprakarsai oleh Muslim Mahardika dengan kolaborasi peneliti lainnya di Fakultas Teknik, seperti Prof. Nizam, Rachmat Sriwijaya, Sigiet Haryo Pranoto, dan Fajar Yulianto Prabowo. Mesin pencacah plastik ini pertama kali dibuat pada awal tahun 2018 dengan tujuan untuk mengolah sampah plastik menjadi produk bernilai tambah dan mengurangi sampah plastik di masyarakat. Hasil cacahan plastik dari mesin ini dapat digunakan sebagai bahan daur ulang plastik oleh pabrik daur ulang serta sebagai bahan campuran aspal.
Inovasi lainnya yang dikembangkan oleh UGM ialah seperti Biogas Power Plant Gamping yang terletak di Pasar Buah Gemah Ripah, Gamping, Yogyakarta. Instalasi ini didirikan pada tahun 2011 oleh Waste Refinery Center UGM bekerja sama dengan Koperasi Gemah Ripah Gamping, Pemerintah Daerah Sleman, dan Pemerintah Swedia.
Tujuan dari proyek ini adalah mengolah sampah buah di pasar menjadi biogas untuk mengurangi pembuangan sampah ke TPA Piyungan. Dengan pengolahan sampah buah menjadi biogas, pedagang pasar di area tersebut dapat memanfaatkan listrik yang dihasilkan.
- Geliat Pelaku UMKM Kian Meningkat, BRI Bidik Porsi Loan at Risk Kembali Single Digit
- OJK Tetapkan Saham Mandiri Herindo (MAHA) Sebagai Efek Syariah
- Perbedaan UMR Tertinggi di Indonesia, Kabupaten Karawang Masih Memimpin
Selain itu, mahasiswa dari Fakultas Biologi UGM bernama Rania Naura Anindhita juga mengembangkan inovasi untuk mengatasi masalah sampah. Rania menciptakan formula bernama Eco Lindi, yang berfungsi untuk menetralkan bau sampah dengan memanfaatkan air lindi atau cairan yang dihasilkan dari paparan air hujan pada tumpukan sampah. Inovasi ini memberikan alternatif solusi dalam menghadapi tantangan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat.
Selain itu, UGM melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) akan membantu masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. Pada tahap awal program ini dilakukan di sekitar kampus UGM dan nantinya akan digerakkan secara lebih luas di berbagai daerah di tanah air. Dalam program ini mahasiswa membantu warga dalam mengelola sampah yang baik di tingkat desa sebelum dibuang ke TPA.