Prajogo Pangestu Bos Barito Pacific
Korporasi

TPIA dan CUAN Beda Nasib, Ini Kinerja Emiten Prajogo Pangestu di Semester I-2024

  • Kinerja saham di bawah naungan Prajogo Pangestu hingga Semester I-2024 mayoritas mengesankan. Namun, performa tersebut kontras dengan kondisi fundamental perusahaan, mengingat tidak semua emiten mencatatkan laba positif.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Kinerja saham di bawah naungan Prajogo Pangestu hingga Semester I-2024 mayoritas mengesankan. Namun, performa tersebut kontras dengan kondisi fundamental perusahaan, mengingat tidak semua emiten mencatatkan laba positif.

Dengan kinerja saham yang cemerlang, tidak mengherankan jika Prajogo Pangestu melesat sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia menurut Forbes Billionaires. Per 6 Agustus 2024, kekayaan bos PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ditaksir mencapai US$57,7 miliar atau Rp933,78 triliun, dengan kurs Rp16.181 dolar Amerika Serikat. 

Yang menarik, kekayaan Prajogo Pangestu masih jauh melampaui kekayaan Hartono Bersaudara, pemilik Grup Djarum, yang menempati posisi kedua dan ketiga dengan total kekayaan gabungan mencapai US$48,8 miliar, setara dengan Rp789,77 triliun. 

Selain menguasai saham mayoritas di emiten bersandikan BRPT, Prajogo Pangestu juga mengendalikan beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia, termasuk PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

TPIA

Dari segi kinerja saham, saham TPIA merupakan satu-satunya emiten milik Prajogo Pangestu yang menunjukkan performa moncer. Hingga perdagangan sesi pertama hari ini, saham dari emiten petrokomia ini, telah melonjak sebesar 71,49% sejak awal tahun, mencapai level Rp9.775 per saham.

Namun, dari sisi kinerja fundamental, TPIA menjadi satu-satunya emiten di bawah Prajogo Pangestu yang mengalami kerugian hingga semester I-2024. Berdasarkan laporan keuangannya, kerugian TPIA membengkak menjadi US$47,46 juta atau sekitar Rp778,12 miliar, mencatatkan peningkatan rugi bersih sebesar 7.999,65% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang sebesar US$568 ribu.

Kerugian yang signifikan tersebut sejalan dengan penurunan pendapatan TPIA yang merosot menjadi US$866,49 juta atau sekitar Rp14,20 triliun pada semester I-2024. Pendapatan ini turun sebesar 19,34% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai US$1,07 miliar.

Pendapatan tersebut ditopang oleh penjualan lokal sebesar US$718,84 juta dan penjualan ekspor sebesar US$145,48 juta. Kemudian terdapat pendapatan dari sewa tangki dan dermaga sebesar US$2,16 juta

CUAN

Berbeda dengan TPIA, CUAN merupakan saham Prajogo Pangestu yang menunjukkan performa kurang memuaskan secara year to date. Diketahui nilai saham emiten batu bara ini telah turun sebesar 35,54% sejak awal tahun, mencapai level Rp7.750 per saham.

Namun, dari segi kinerja fundamental, CUAN berhasil mencatatkan laba bersih yang signifikan pada semester I-2024. Tercatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$29,57 juta, meningkat 163,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$11,23 juta.

Seiring dengan peningkatan laba bersih, CUAN berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$309,69 juta pada semester I-2024. Pendapatan ini melesat 348,40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$69,06 juta. 

Lonjakan pendapatan ini terutama berasal dari segmen konstruksi dan rekayasa yang menyumbang US$92,01 juta, penambangan sebesar US$87,42 juta, dan jasa sebesar US$13,30 juta, yang sebelumnya tidak ada pada tahun lalu. Sisanya berasal dari penjualan batu bara yang mencapai US$116,20 juta.

BRPT

BRPT berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahunan pada semester I-2024 meskipun pendapatan perusahaan mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, BRPT mencatat pendapatan sebesar US$1,15 miliar, turun 15,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$1,37 miliar. 

Direktur Utama Barito Pacific, Agus Pangestu, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh volatilitas yang terus berlangsung di sektor petrokimia global dan Turnaround Maintenance (TAM) yang dijadwalkan di kompleks petrokimia, yang mengakibatkan penurunan volume penjualan secara keseluruhan. 

Selain itu, pemeliharaan di salah satu unit operasi panas bumi BRPT turut berkontribusi pada penurunan tersebut. Dari sisi kinerja saham, sepanjang tahun ini, saham tersebut telah turun 25,87%, yang mencapai Rp1.025 per saham. 

BREN

Terakhir, BREN, emiten yang bergerak di sektor energi batu terbarukan (EBT), mencatatkan pertumbuhan laba bersih tahunan pada semester I-2024. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$57,95 juta, setara Rp950,08 miliar. 

Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,53% dibandingkan laba sebesar US$57,64 juta pada periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, BREN mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 2,32% yoy menjadi US$290.07 juta pada semester I-2024.

Pendapatan BREN terdiri atas penjualan pihak ketiga yaitu penjualan listrik sebesar US$132,54 juta, penjualan uap sebesar US$59,99 juta, biaya manajemen US$18.000, pendapatan sewa operasi sebesar US$77,69 juta, dan pendapatan sewa pembiayaan sebesar US$19,81 juta. 

Dari segi kinerja saham, saham BREN mencatatkan kenaikan tipis sebesar 6,25% sejak awal tahun ini, mencapai level Rp8.075 per saham. Selain itu, saham BREN juga menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di BEI, mencapai Rp1.088 triliun.