Transaksi Digital Banking Akan Capai Rp53 Kuadriliun, Airlangga: Sektor Berpotensi yang Menjanjikan
- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa transaksi digital banking di Indonesia punya potensi mencapai Rp53.144 triliun atau bertambah sebesar Rp30,19% secara year-on-year (yoy).
Nasional
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, bahwa transaksi digital banking di Indonesia punya potensi mencapai Rp53.144 triliun (Rp53,14 kuadriliun) atau bertambah sebesar Rp30,19% secara year-on-year (yoy).
"Data dari Bank Indonesia mencatat bahwa nilai transaksi uang elektronik selama tahun 2022 diprediksi naik hingga Rp404 triliun atau tumbuh 32,27% yoy. Sementara nilai transaksi digital banking diproyeksikan bertambah sebesar 30,19% yoy hingga mencapai sebesar Rp53.144 triliun," ungkap Airlangga dalam acara The 4th Indonesia Fintech Summit 2022, Jumat, 11 November 2022.
- Ada Black Panther! Ini 5 Film Terbaru Tayang di Bioskop Indonesia Bulan November 2022
- Rayakan 53 Tahun Membangun Industri Properti, Agung Podomoro Gelar Booster Run di Vimala Hills
- Jangan Asal Beli! Ini 7 Makanan yang Tidak Boleh Dibeli Saat Diskon
Ia menambahkan, angka tersebut menunjukkan bahwa sektor keuangan digital punya potensi yang amat menjanjikan. Adapun, menurutnya kehadiran berbagai platform keuangan digital dapat mendukung percepatan pertumbuhan dan pemulihan ekonomi.
Lebih lanjut, ia yakin dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, kinerja sektor keuangan juga akan mampu untuk tumbuh konsisten dengan stabilitas yang tetap terjaga.
"Transaksi ekonomi dan keuangan digital bisa berkembang karena ditopang oleh akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja secara daring, perluasan serta kemudahan sistem pembayaran digital, serta adanya akselerasi dalam hal digital banking," tambahnya.
Selain itu, ia juga senantiasa terus mendorong pengembangan dan inovasi keuangan digital, ekosistem ekonomi agar semakin berdaya saing dan mampu mengikuti perkembangan teknologi dan menjamin kepastian serta perlindungan hukum, termasuk keamanan siber.
"Pada saat yang sama, literasi keuangan digital masyarakat perlu kita tingkatkan, melalui kolaborasi seluruh stakeholders, termasuk dengan asosiasi dan platform digital. Layanan keuangan digital juga harus makin inklusif dan mampu menjangkau segenap lapisan masyarakat, dalam hal ini industri fintech dapat berperan sebagai enabler dalam mendigitalisasi para pelaku usaha, khususnya UMKM," kata Airlangga.
- Masuk RUU PPSK, Pemerintah Mau Indonesia Punya Bank Emas
- Bumi Resources Minerals (BRMS) Siap Operasikan Pabrik Kedua di Palu
- Diam-Diam Korea Selatan Telah Jadi Salah Satu Pengekspor Terbesar di Dunia
Sebelumnya, berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2022, indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia telah mengalami perbaikan.
Skor literasi keuangan telah mencapai 49,68%, meningkat dibandingkan tahun 2019 yang hanya sebesar 38,03%. Sementara untuk skor inklusi keuangan mencapai 85,1% meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 76,19%.
Pesatnya perkembangan industri fintech merupakan salah satu faktor pendorong perbaikan indeks literasi dan inklusi keuangan nasional yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19.
Industri fintech juga diharapkan mampu mendukung pencapaian target inklusi keuangan Indonesia sebesar 90% di tahun 2024, melalui berbagai layanan seperti pinjaman online, sistem pembayaran, dan inovasi keuangan digital.
"Akselerasi transformasi digital di sektor jasa keuangan perlu didukung dengan berbagai upaya, seperti mendorong riset dan inovasi produk, jasa serta model bisnis fintech, mengembangkan regulasi dan kebijakan keuangan digital, meningkatkan kapasitas SDM sesuai perkembangan teknologi, dan memperkuat pengawasan berbasis teknologi digital," tandasnya.