Ilustrasi perdagangan aset kripto
Fintech

Transaksi Kripto Diprediksi Capai Rp1.000 Triliun di 2024, Inilah Faktor-faktor Pendongkraknya!

  • Angka ini lebih dari tiga kali lipat dibandingkan nilai transaksi awal tahun 2024 yang berada di kisaran Rp301,75 triliun. Prediksi ini menunjukkan keyakinan OJK terhadap masa depan industri kripto di Indonesia yang terus berkembang pesat dan inklusif.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan nilai transaksi investasi kripto di Indonesia akan mencapai angka Rp1.000 triliun pada tahun 2024. 

Angka ini lebih dari tiga kali lipat dibandingkan nilai transaksi awal tahun 2024 yang berada di kisaran Rp301,75 triliun. Prediksi ini menunjukkan keyakinan OJK terhadap masa depan industri kripto di Indonesia yang terus berkembang pesat dan inklusif.

Dukungan dari Generasi Muda dan Regulasi yang Memadai

Menanggapi proyeksi dari OJK tersebut, Robby, Chief Compliance Officer (CCO) dari platform kripto Reku yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo-ABI), menyatakan keyakinannya bahwa target ini sangat mungkin dicapai. 

Robby menjelaskan bahwa pertumbuhan jumlah investor kripto di Indonesia terus menunjukkan tren positif, sehingga peningkatan transaksi hingga Rp1.000 triliun sangat mungkin terjadi.

"Adopsi aset kripto di Indonesia mengalami peningkatan konsisten setiap bulannya, dengan jumlah investor mencapai 20,24 juta orang pada Juni 2024. Jumlah ini bahkan mulai mendekati jumlah investor saham, yang sudah hadir jauh lebih lama. Ini mencerminkan tidak hanya minat yang meningkat tetapi juga adopsi aset kripto yang semakin luas," kata Robby melalui keterangan tertulis yang diterima TrenAsia, Jumat, 30 Agustus 2024.

Robby juga menambahkan bahwa pertumbuhan ini sangat didorong oleh kalangan muda, terutama Gen Z dan milenial, yang melihat kripto sebagai instrumen investasi yang mudah diakses, transparan, dan fleksibel. 

“Mayoritas investor kripto adalah generasi muda karena mereka tertarik pada kemudahan akses, transparansi, dan fleksibilitas yang ditawarkan oleh aset kripto. Misalnya, di platform Reku, investasi kripto bisa dimulai dengan nominal sekecil Rp5.000,” jelasnya.

Lebih lanjut, Robby menyatakan bahwa 60 persen pengguna Reku adalah generasi milenial dan Gen Z, menunjukkan besarnya ketertarikan generasi ini terhadap aset kripto. Meskipun harga kripto dikenal sangat fluktuatif, justru faktor inilah yang menarik minat generasi muda untuk trading jangka pendek guna mendapatkan potensi return yang maksimal.

Peran Regulasi dalam Mendorong Pertumbuhan Transaksi Kripto

Selain kontribusi dari Gen Z dan milenial, Robby juga menekankan pentingnya regulasi dalam mendorong transaksi kripto di Indonesia. 

"Regulasi aset kripto di Indonesia sudah cukup lengkap, didukung oleh adanya Bursa Kripto, Kliring, Kustodi, dan pengawasan dari Bappebti yang menjaga keamanan investor. Hal ini tidak hanya membuat investor merasa aman, tetapi juga nyaman dalam berinvestasi," ungkapnya.

Robby berharap bahwa regulasi aset kripto di masa depan bisa terus berjalan dengan pendekatan win-win bagi semua pemangku kepentingan, termasuk investor, pedagang aset kripto, baik lokal maupun global. Ia percaya bahwa regulasi yang baik akan menjadi salah satu pendorong utama bagi pertumbuhan pasar kripto di Indonesia.

Prospek Pasar Kripto: Teknologi dan Inovasi yang Semakin Menarik

Sejalan dengan pandangan Robby, Fahmi Almuttaqin, Analis Kripto dari Reku, juga optimis terhadap peningkatan transaksi kripto di Indonesia. Menurut Fahmi, selain didukung oleh regulasi, ekosistem kripto semakin menarik berkat kemajuan teknologi yang pesat.

“Proyek-proyek baru dengan inovasi teknologi yang menarik, terutama dalam infrastruktur terdesentralisasi, menjadi enabler yang menciptakan pengalaman baru yang lebih immersive di berbagai sektor dalam ekosistem terdesentralisasi,” kata Fahmi.

Fahmi juga mencatat bahwa banyak proyek kripto di tahun 2024 ini yang telah memperkenalkan fitur dan pengalaman baru yang lebih beragam serta ramah pengguna. 

"Fokus pengembangan aplikasi dan teknologi terdesentralisasi kini lebih menitikberatkan pada kemudahan penggunaan, sehingga dapat menarik minat masyarakat dari kalangan yang lebih luas terhadap teknologi terdesentralisasi serta aset kripto," lanjutnya.

Baca Juga: Akhirnya, Bappebti Tetapkan Batas Waktu Pendaftaran Izin Pedagang Kripto

AI sebagai Katalis Potensial dalam Industri Kripto

Fahmi juga menyoroti sektor AI (Artificial Intelligence) yang saat ini tengah menjadi pusat perhatian, terutama menjelang rilis laporan laba Nvidia pada 28 Agustus 2024. 

Salah satu token AI, FET, bahkan mengalami kenaikan harga lebih dari 50% dalam satu pekan terakhir. Menurut Fahmi, AI memiliki potensi besar sebagai katalis dalam industri kripto karena teknologi AI dapat diintegrasikan dengan berbagai aplikasi dan jaringan blockchain.

"AI memiliki potensi pasar yang luas karena manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti integrasinya dengan fitur-fitur pada smartphone, yang membuat teknologi ini lebih dikenal oleh masyarakat umum," jelasnya. 

Meskipun performa sektor AI mengalami fluktuasi, sentimen positif terhadap Nvidia telah menjadikan AI sebagai salah satu narasi dengan performa tertinggi kedua setelah Ordinals dalam sepekan terakhir.

Reku Terus Perluas Pilihan Aset Kripto

Sebagai respons terhadap potensi besar ini, Reku terus berupaya memperluas pilihan aset kripto bagi penggunanya. “Reku secara rutin menambahkan aset kripto baru setiap minggunya, dengan tetap memprioritaskan faktor keamanan dan fundamental melalui due diligence yang ketat oleh tim Researcher Reku,” ujar Fahmi.

Saat ini, Reku memiliki hampir 200 aset kripto yang terdaftar, memungkinkan investor untuk melakukan diversifikasi dengan bijak. 

Reku juga menyediakan analisa pasar yang di-update secara harian dan dapat diakses melalui aplikasi maupun website, sehingga memudahkan pengguna dalam mengambil keputusan investasi.

Dengan berbagai faktor yang mendukung, mulai dari adopsi oleh generasi muda, regulasi yang kuat, hingga kemajuan teknologi, target transaksi kripto mencapai Rp1.000 triliun di tahun 2024 semakin terlihat realistis.