Seorang model  menunjukkan platform UOB Infinity yang baru saja diluncurkan di UOB Plaza Penthouse, Jakarta, Kamis 23 Februari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Fintech

Transformasi Digital dan Kaitannya dengan Ketahanan dari Resesi Global

  • Dengan digitalisasi pada aktivitas transaksi di semua level, perpindahan uang pun bisa dilakukan dengan lebih cepat dan efisien sehingga perputarannya pun bisa terakselerasi.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Head of Economic and Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan bahwa transformasi digital memiliki hubungan yang erat dengan ketahanan suatu negara dari resesi global.

Enrico mengatakan, pandemi COVID-19 yang menghantam seluruh dunia telah menjadi dalang dari disrupsi rantai pasokan karena aktivitas masyarakat yang dibatasi.

Turunnya pasokan pun turut diikuti oleh melemahnya permintaan. Namun, saat kondisi pandemi sudah mulai membaik, permintaan dari masyarakat kembali meningkat.

Akan tetapi, seiring dengan permintaan yang meningkat kembali, kondisi rantai pasokan belum benar-benar pulih sementara konflik geopolitik pun menjadi variabel yang semakin memperparah kondisi tersebut.

"Ketika demand kembali naik sementara supply belum memulih, inflasi meningkat secara drastis," kata Enrico konferensi pers peluncuran platform digital UOB Infinity di UOB Plaza, Kamis, 23 Februari 2023.

Inflasi inilah yang pada gilirannya memaksa bank-bank sentral di beberapa negara, termasuk Indonesia, untuk mengerek suku bunga dalam rangka menyeimbangkan tingkat permintaan dan penawaran.

Akan tetapi, Enrico berpendapat bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang cukup resilien dalam menghadapi potensi resesi global karena performa ekspor yang cukup baik.

Sebagaimana diketahui, pada tahun 2022, Indonesia memperoleh "durian runtuh" aliad windfall dari komoditas yang merangkak naik karena disrupsi pasokan di tingkat global.

Performa tersebut pun dapat menjadi fondasi ketahanan Indonesia dalam menghadapi tekanan makroekonomi yang masih membayang-bayangi dunia.

Akan tetapi, Enrico pun mengingatkan bahwa Indonesia tetap tidak terlepas dari perlambatan ekonomi akibat ketidakpastian yang terjadi di skala dunia.

Enrico juga berpendapat bahwa Indonesia harus berupaya agar ketahanan yang dibangun pada tahun lalu bisa menjadi pendorong penguatan ekonomi domestik di tahun ini.

Salah satu faktor utama yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman resesi adalah perputaran uang yang lebih cepat.

Menurut Enrico, salah satu solusi yang dapat membantu percepatan perputaran uang adalah dengan menggenjot transformasi digital.

Pasalnya dengan digitalisasi pada aktivitas transaksi di semua level, perpindahan uang pun bisa dilakukan dengan lebih cepat dan efisien sehingga perputarannya pun bisa terakselerasi.

"Semakin cepat kita putarkan uang, maka ekonomi kita akan tumbuh, dan kunci dari pertumbuhan ini adalah transformasi digital," kata Enrico.

Enrico mengatakan bahwa salah satu pendongkrak ekonomi digital di Indonesia adalah sektor e-commerce yang menjadi salah satu platform dengan peminat yang cukup besar di Indonesia.

Enrico menyampaikan bahwa transaksi e-commerce Indonesia pada 2023 diperkirakan tumbuh 17%, dan ruang untuk pertumbuhannya pun dinilai Enrico masih sangat besar.

Ia menambahkan bahwa pada intinya, uang harus terus berputar melalui transformasi digital, dan seluruh masyarakat tidak bisa membalikkan lagi tingkat adopsi digital seperti saat prapandemi.

"Kita juga harus tahu bahwa digitalisasi ini tidak bisa kembali seperti sebelum pandemi. Bahkan, prosesnya semakin cepat," kata Enrico.

Penetrasi digital di Indonesia dinilai Enrico sudah cukup baik, namun utilitasnya masih sangat terbatas, terutama untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Padahal, UMKM adalah segmen pelaku ekonomi yang kontribusinya mencapai lebih dari 60% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Oleh karena itu, sangat penting bagi penyedia jasa-jasa keuangan untuk terus mendongkrak inklusi ekonomi digital di seluruh lapisan masyarakat.