Sejumlah calon penumpang memasuki peron masuk halte bus TransJakarta di kawasan Sudirman, Jakarta, Jum'at, 22 Oktober 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Transportasi dan Logistik

Transjakarta Bidik 4 Juta Penumpang per Hari, Ini Kata MTI

  • PT Trans Jakarta menargetkan dapat mengangkut 4 juta pelanggan per hari pada 2025

Transportasi dan Logistik

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – PT Trans Jakarta menargetkan dapat mengangkut 4 juta pelanggan per hari pada 2025.

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, untuk mencapai target itu ada peluang mengembangkan wilayah layanan hingga Bodetabek.

Diketahui, Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ) tahun 2024 akan mengembangkan program pembelian layanan (buy the service) di Kota Bekasi, Kota Depok dan Kab. Bogor.  

“Juga akan mengembangkan rute baru JRC (Jabodetabek Residence Connection) ke 117 kawasan perumahan di Bodetabek,” kata Djoko dikutip dari keterangan resmi, Senin 15 Desember 2023.

Berdasarkan data per November 2023, pelanggan Transjakarta saat ini terus meningkat. Rekor pelanggan tertinggi tahun ini dicapai saat HUT DKI tahun 2023, yaitu 1.101287 pelanggan per hari. Namun per 22 November 2023 sudah melampaui rekor tertinggi yaitu 1.171.541 pelanggan per hari.

Baca Juga: Malam Natal dan Tahun Baru, Transjakarta Beroperasi Sampai Jam Segini

Mobilisasi masyarakat di Indonesia memiliki proyeksi yang cukup tinggi, data dari Bappenas (2019) menunjukkan 230 Juta penduduk akan tinggal di perkotaan pada tahun 2045. Jika dilihat dari sisi ekonomi, sebesar 41 % PDB nasional disumbangkan oleh 6 kota metropolitan (Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, dan Semarang) yang setara Rp 5.554 triliun. Permasalahan pada transportasi seperti kemacetan dewasa ini sangat memprihatinkan. 

Sementara pangsa angkutan umum menggunakan kereta di Jakarta tahun 2010 sebesar 2 % (kurang 20 %). Sedangkan Hong Kong tahun 2011 sebesar 25 %, Tokyo tahun 2009 sebesar 48 % dan Singapura tahun 2011 sebesar 19 %.

Tidak hanya kemacetan, di lain sisi, studi dari World Bank menunjukkan kerugian ekonomi akibat kemacetan Jakarta mencapai $ 2,6 miliar per tahun (2017) serta indikator kualitas udara CO meningkat 70 %.