Traveloka Bakal Go Public, Jajaki Opsi Merger dengan SPAC
SINGAPURA – Traveloka, aplikasi perjalanan online terbesar di Asia Tenggara, berencana segera go public, yang salah satu opsinya merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC). Special purpose acquisition company (SPAC) adalah perusahaan cangkang yang menggunakan dana dari go public untuk membeli perusahaan lain. Ia belum bisa diidentifikasi pada saat pencatatan. Merger yang dihasilkan dengan perusahaan […]
Industri
SINGAPURA – Traveloka, aplikasi perjalanan online terbesar di Asia Tenggara, berencana segera go public, yang salah satu opsinya merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC).
Special purpose acquisition company (SPAC) adalah perusahaan cangkang yang menggunakan dana dari go public untuk membeli perusahaan lain. Ia belum bisa diidentifikasi pada saat pencatatan.
Merger yang dihasilkan dengan perusahaan target menawarkan cara yang lebih cepat dan biaya lebih rendah ketimbang penawaran umum perdana (IPO) tradisional. Perusahaan target seringkali merupakan perusahaan di sektor dengan pertumbuhan tinggi.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
“SPAC salah satu opsi yang kami evaluasi karena kami telah didekati beberapa orang,” kata Presiden Traveloka Henry Hendrawan, dilansir Reuters, Senin, 21 Desember 2020.
Para bankir juga mengatakan Traveloka yang berbasis di Jakarta adalah satu dari sedikit perusahaan di Asia Tenggara yang telah didekati atau menjadi sasaran SPAC.
Sumber menyebut Traveloka masih memutuskan antara IPO atau SPAC. Ia mengincari valuasi US$5 hingga US$6 miliar. Traveloka menolak berkomentar.
Akhir 2019, Hendrawan mengatakan akan mempertimbangkan kemungkinan mencatatkan Traveloka di dua tempat (dual listing) di Jakarta dan bursa lain seperti Amerika Serikat.
Traveloka pada Juli lalu telah mengumpulkan dana senilai US$250 juta dalam putaran pendanaan terbarunya. Startup berusia delapan tahun itu mengklaim telah mengantongi lebih dari 60 juta unduhan dan telah berkembang ke layanan keuangan.
Ketika banyak negara di Asia Tenggara memberlakukan lockdown selama pandemi Covid-19, Traveloka diuntungkan dari peningkatan pariwisata domestik. Sebab, pemerintah Thailand, Vietnam, dan Singapura mendorong penduduknya untuk pesiar di negeri sendiri.
“Traveloka akan mendapat untung pada 2021,” kata Managing Partner East Ventures Willson Cuaca pada awal Desember.
Oktober silam, Hendrawan menyatakan harapannya bahwa Traveloka akan mendulang untung pada 2021.
Investor lain Traveloka antara lain sovereign wealth fund asal Singapura GIC dan perusahaan perjalanan online asal Amerika Serikat Expedia.