<p>Area tambang terbuka atau open pit Grasberg di Timika, Papua, milik PT Freeport Indonesia. / Foto: Paul Q. Warren-Columbia.edu</p>
Energi

Tren Elektrifikasi, Freeport Indonesia Ungkap Peran Penting Tembaga Terhadap EBT

  • PT Freeport Indonesia menggarisbawahi peran penting tembaga dalam mendukung ekosistem energi baru terbarukan (EBT) dan elektrifikasi.
Energi
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA - Sebagai perusahaan tambang tembaga kelas dunia, PT Freeport Indonesia menggarisbawahi peran penting tembaga dalam mendukung ekosistem energi baru terbarukan (EBT) dan elektrifikasi. Bahkan, member MIND ID ini juga secara konsiten menjalankan bisnis berkelanjutan dalam framework Environment, Social and Governance (ESG). 

Hal itu disampaikan oleh Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas saat jadi pembicara Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2023 bertema "Reducing Emissions in Indonesia’s Mining Sector" pada Selasa 26 September 2023.

“Tembaga merupakan bahan yang sangat dibutuhkan dalam menghasilkan energi terbarukan (renewable energy), digunakan untuk pengoperasian mobil listrik, panel surya, dan turbin angin,” ujar Tony dikutip Jumat 29 September 2023. 

Terlebih, tren dunia dalam mewujudkan energi bersih mendorong berbagai pihak untuk dapat berkontribusi terhadap berbagai upaya dalam penurunan emisi rendah karbon. Sehingga keberadaan moda transportasi tenaga listrik yang memiliki rendah emisi menjadi alternatif masyarakat untuk menekan emisi karbon.

Tak ayal, seiring meningkatnya permintaan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dan pengembangan listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT), permintaan tembaga dunia pun meningkat. Hal itu diperkuat oleh data bahwa sekitar 70 persen kebutuhan tembaga dunia adalah untuk menghantarkan listrik.

“Kendaraan listrik membutuhkan tembaga empat kali lipat lebih banyak daripada mobil konvensional, dan 70 persen tembaga di dunia digunakan untuk menghantarkan listrik. Dengan kata lain, listrik tidak sampai ke konsumen tanpa tembaga,” papar Tony. 

Strategi Emisi Rendah Karbon

Pada tahun 2022, Freeport Indonesia berhasil menekan emisi dari kegiatan operasional tambang bawah tanah sebesar 22%. Oleh karenanya, perusahaan berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 30% pada tahun 2030 dengan merumuskan strategi dekarbonisasi yang berfokus pada bisnis dan operasional pertambangan. 

Salah satu inovasi yang dilakukan dalam upaya tersebut adalah dari penggunaan alat angkut bijih tambang bertenaga listrik. Alang angkut itu menggunakan sistem kereta listrik otomatis bawah tanah yang dapat mengangkut 110 ribu ton bijih per hari. 

Alat angkut itu mampu menggantikan truk-truk besar berbahan bakar diesel. Sehingga dengan digunakannya piranti tersebut mampu mengurangi emisi karbon sekitar 80 ribu metrik ton per tahun,” ungkap Tony.

Upaya lain yang dilakukan Freeport Indonesia alam mengurangi emisi adalah menggunakan pembangkit listrik (power plant) baru berteknologi dual fuel engine baik pada kegiatan operasi di hulu maupun hilir. 

Saat ini, Freeport Indonesia meningkatkan penggunaan energi berkelanjutan dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 128 MW, yang akan ditingkatkan menjadi 168 MW.

Freeport Indonesia juga merencanakan penggantian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) berkapasitas 267 MW pada tahun 2027, dengan harapan dapat mengurangi emisi GRK hingga 62 persen. 

“Semoga semua bisa tercapai sesuai rencana sehingga PTFI dapat benar-benar berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon seperti yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia,” lanjut Tony Wenas.

Tony juga menyebut berbagai upaya yang dilakukan tersebut adalah merupakan bagian dari penerapan praktik bisnis yang bertanggung jawab, dengan pendekatan aspek ESG “Responsible miners adalah mereka yang melaksanakan good mining practices dengan mempertimbangkan ESG,” tutup Tony.