Fintech Lending Salurkan Kredit Rp564 Triliun di Tengah Rendahnya Literasi Keuangan RI
- Per-Februari 2023, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat industri fintech lending telah menyalurkan kredit hingga Rp564 triliun.
Fintech
JAKARTA - Tren industri fintech lending cenderung tumbuh positif sementara tingkat literasi keuangan di Indonesia sendiri masih terbilang rendah.
Per-Februari 2023, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat industri fintech lending telah menyalurkan kredit hingga Rp564 triliun.
Pembiayaan tersebut disalurkan oleh sekitar 1 juta pemberi pinjaman (lender) untuk 106 juta penerima pinjaman (borrower).
Pada tahun 2022, penyaluran kredit fintech lending mencapai Rp225,6 triliun, yang mana jumlahnya mencapai 40% dari total keseluruhan kredit yang disalurkan sejak 2018 hingga Februari 2023.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa tren industri fintech lending terus mengalami pertumbuhan positif seiring dengan tingkat adopsi masyarakat yang terus tumbuh terhadap produk-produk keuangan berbasis financial technology.
- 10 Destinasi Wisata Paling Diserbu Turis Selama Libur Lebaran 2023
- The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes Akan Tayang di Bioskop, Cek Sinopsisnya di Sini!
- 5 Alasan Mengapa Anda Merasa Bersalah Saat Istirahat dan Bersantai
Walaupun industri fintech lending mencatat kinerja yang semakin membaik, namun hal itu belum berbanding lurus dengan tingkat literasi keuangan di dalam negeri.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dirilis OJK pada akhir 2022 menyebutkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68%.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Sunu Widyatmoko mengatakan, dengan melihat pertumbuhan fintech lending yang cukup menjanjikan, pihaknya mengajak para pelaku industri agar bisa memanfaatkan momentum untuk mendorong akses dan edukasi layanan pendanaan bagi masyarakat.
"Khususnya pendanaan produktif bagi kelompok unbanked dan underbanked, seperti pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan pekerja lepas. Hal ini guna mendorong inklusi keuangan sekaligus meningkatkan pemulihan ekonomi pascapandemi di Indonesia dengan terus menggerakkan kegiatan ekonomi di berbagai lapisan masyarakat," ujar Sunu dalam acara Halal Bihalal bersama media yang diselenggarakan AFPI bersama Taralite di Jakarta beberapa hari lalu.
Sementara itu, Direktur Pengawasan Financial Technology OJK Tris Yulianta yang hadir dalam kesempatan yang sama menyatakan bahwa potensi layanan pendanaan bagi industri fintech lending di Indonesia masih sangat besar.
"Hadirnya layanan fintech lending atau Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) sudah menjadi mesin penggerak penyaluran dana pinjaman di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini terdapat 102 penyelenggara fintech peer-to-peer (P2P) lending yang terus bertumbuh dan dapat menjadi alternatif sumber pendanaan bagi masyarakat," kata Tris.
- 7 Hal yang Harus Diajarkan ke Anak Agar Sukses dan Kuat Mental
- Inilah Maskapai yang Dinobatkan Sebagai yang Terbaik di Dunia
- Amerika Bisa Kehabisan Uang Tunai Pada 1 Juni
Tris pun mengatakan bahwa OJK akan terus mendorong industri fintech lending untuk terus menyalurkan kredit pada segmen produktif.
Pasalnya, penyaluran kredit pada segmen produktif, khususnya bagi UMKM, dikatakan Tris dapat membantu mendorong pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi.
Manfaat dari penyaluran kredit pada segmen produktif di antaranya terbukanya lapangan pekerjaan dan juga pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) karena UMKM lebih berpotensi untuk melakukan ekspansi bisnis seiring dengan pembiayaan yang disalurkan oleh fintech lending kepada para pelaku usaha.
Direktur Bisnis Taralite Vanessa Prasetyo pun turut mengatakan bahwa Taralite sebagai salah satu fintech lending yang telah terdaftar OJK pun turut mendukung upaya pemerintah untuk mempercepat tingkat literasi dan akses terhadap pendanaan produktif bagi masyarakat, khususnya untuk kelompok unbanked dan underbanked.
"Melalui layanan Taralite, yakni OVO Modal Usaha, kami telah melakukan penyaluran dana modal usaha ke ratusan ribu peminjam di Indonesia, termasuk para UMKM, sekaligus melakukan edukasi kepada masyarakat sebagai upaya meningkatkan literasi finansial. Kami akan secara aktif berkolaborasi dengan regulator dan pelaku industri lainnya untuk mendorong literasi dan akses terhadap pendanaan produktif di Indonesia," kata Vanessa.