Quiet Firing
Nasional

Tren Istilah: Apa Itu Quiet Firing

  • Beberapa waktu lalu ramai di media sosial mengenai quiet quitting. Jika quiet quitting adalah hanya mengerjakan pekerjaan seadanya saja dan tidak mengerjakan hal lain, berbanding terbalik dengan quiet firing.
Nasional
Feby Dwi Andrian

Feby Dwi Andrian

Author

JAKARTA - Beberapa waktu lalu ramai di media sosial mengenai quiet quitting. Jika quiet quitting adalah hanya mengerjakan pekerjaan seadanya saja dan tidak mengerjakan hal lain, berbanding terbalik dengan quiet firing.

Melansir dari Times of India, istilah quiet firing adalah suatu kondisi di mana karyawan dipaksa resign atau bos memecat karyawan secara diam-diam.

Istilah ini muncul dalam budaya kerja modern yang sangat dinamis dan cepat. Karena pola pekerjaan tersebut, membuat banyak karyawan hanya fokus pada kejaran target.

Karena hal tersebut, mereka sulit menemukan tim yang solid, apalagi atasan dan juga mentor. Ditambah dengan budaya berpindah dari satu kantor ke yang lain, membuat pergantian anggota tim berjalan lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Faktor-faktor tersebut yang kemudian membuat manajer tidak terlalu peduli dengan pengembangan karier karyawan.

Seorang pakar HR Bonnie Dilber melalui Linkedin, menambahkan bahwa salah satu trik sang atasan secara halus memecat pekerjanya adalah dengan membuat si karyawan merasa tidak kompeten untuk melakukan tugasnya.

Selain itu, si pekerja dibuat merasa terisolir dari pekerjaan kantor sehingga merasa tak ingin lagi melanjutkan bekerja di perusahaan tersebut.

Fenomena ini telah menjadi tren toksik di kalangan pekerja kantoran. Sebab, fenomena quiet firing merupakan tanda manajemen buruk yang tak mampu mengkomunikasikan kinerja seorang pekerja secara gamblang.

Lebih lanjut Bonnie juga memberikan penjelasan tentang seseorang mendapatkan perlakuan quiet firing dari atasan, di antaranya yaitu

- Atasan tidak memberikan informasi kenaikan pangkat dan gaji.
- Atasan menghindar dari obrolan kerja dengan karyawannya. 
- Karyawan diberikan ruang gerak yang sempit alias tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan karier.
- Adanya perlakuan berbeda oleh atasan dibandingkan dengan karyawan lain.

Bonnie memberikan saran jika seorang karyawan mengalami perilaku toksik dari atasannya yaitu, seorang karyawan harus mengkomunikasikan secara langsung dan berdiskusi tentang pengalamannya diperlakukan seperti itu.