Nasional
JAKARTA - Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), depresi merupakan suatu kondisi ekonomi yang ditandai oleh menurunnya harga, menurunnya daya beli, jumlah penawaran jauh melebihi permintaan, angka pengangguran yang meningkat secara tajam, serta kelesuan di dunia usaha yang mengarah kepada likuidasi perusahaan (depression).
Pada saat terjadi depresi, kepercayaan konsumen dan investasi mengalami penurunan. Ada serangkaian faktor yang dapat menyebabkan depresi. Seperti yang dilansir dari laman Investopedia, dalam kasus The Great Depression atau Depresi Hebat, kebijakan moneter merupakan hal yang menyebabkan depresi.
Menurut The Balance, perbedaan antara resesi dan depresi yaitu resesi merupakan penurunan ekonomi yang meluas dan berlangsung selama beberapa bulan. Sedangkan depresi merupakan penurunan kondisi ekonomi yang parah dan dapat berlangsung selama beberapa tahun.
- Ternyata Ini Alasan BPOM Tarik Produk Es Krim Rasa Vanila Merek Haagen Dazs
- Gara-Gara Inflasi! Penguin di Kebun Binatang Jepang Puasa Makan Enak
- BI Tahan Suku Bunga di 3,5 Persen, Rupiah Diganjar Pelemahan 46 Poin ke Level Rp15.036 per USD
Dunia pernah mengalami satu kali depresi ekonomi, yang sering disebut sebagai The Great Depression yang berlangsung selama 10 tahun. Depresi ekonomi dapat menciptakan ketidakpastian ekonomi yang meluas.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk bersiap adalah dengan mencoba membuat kondisi keuangan Anda stabil. Misalnya, dengan menambah jumlah tabungan darurat atau mencari investasi yang kurang berisiko.
Perlu diingat bahwa depresi dapat berlangsung lebih lama daripada resesi, sehingga Anda harus bersiap menghadapi potensi beberapa tahun yang sulit.