Tren Peningkatan Harga Emiten Baru Masih Terjadi, Ingat Risiko Investasi Saham
JAKARTA – Gerak saham emiten pendatang baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) selalu menarik untuk disimak. Kerap kali, harganya langsung melesat hingga batas atas kenaikan (auto rejection) dengan transaksi yang minim. Seperti saham PT Pradiksi Gunatama Tbk. (PGUN) yang memulai perdagangan perdananya hari ini, Selasa, 7 Juli 2020. Saham PGUN dengan harga perdana Rp115 langsung […]
Industri
JAKARTA – Gerak saham emiten pendatang baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) selalu menarik untuk disimak. Kerap kali, harganya langsung melesat hingga batas atas kenaikan (auto rejection) dengan transaksi yang minim.
Seperti saham PT Pradiksi Gunatama Tbk. (PGUN) yang memulai perdagangan perdananya hari ini, Selasa, 7 Juli 2020. Saham PGUN dengan harga perdana Rp115 langsung melesat 34,75% jadi Rp155.
Penguatan harga saham PGUN terjadi hanya dengan frekuensi enam kali dan volume 63 saham.
Sebelum saham PGUN, saham-saham emiten pendatang baru lainnya juga mengalami nasib serupa pada hari perdananya.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Sebut saja saham PT Pakuan Tbk. (UANG) dari harga perdana Rp125 naik 34,4% menjadi Rp168 pada 6 Juli 2020. Juga saham PT Megalestari Epack Sentosaraya Tbk. (EPAC) naik 34,55% dari harga perdana Rp110 menjadi Rp148 pada 1 Juli 2020.
Meski begitu, memang bukan jaminan harga saham emiten baru akan meleast setiap memulai perdagangan perdananya.
Seperti saham PT Boston Furniture Tbk. (SOFA) yang pencatatannya juga berlangsung hari ini bersamaan dengan saham PGUN. Saham SOFA baru naik 10% dari harga perdana Rp100 menjadi Rp110.
Dari catatan ini, jelas bagaimana keuntungan yang bisa didapatkan investor dari memesan saham IPO. Tapi perlu diingat, setiap investasi memiliki risiko.
Begitu juga dengan investasi saham. Dengan risiko tinggi, investor bisa saja langsung mencatat kerugian yang belum direalisasikan pada hari pertama perdagangan saham emiten baru.
Daftar Tunggu IPO
Pada tahun ini, BEI melihat minat perusahaan untuk menawarkan sahamnya ke publik (IPO) masih tinggi. Terlihat dari jumlah emiten pendatang baru per 30 Juni 2020 yang mencapai 28 perusahaan atau lebih tinggi dari periode sama 17 perusahaan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna berharap, seiring dengan kondisi ke depan yang semakin kondusif, antusiasme para perusahaan di Indonesia untuk dapat melantai di Bursa akan semakin banyak.
“Terutama dengan adanya beberapa kebijakan dari OJK dan SRO terkait kondisi pandemi saat ini, diharapkan dapat membantu dan mendukung perusahaan untuk tetap berencana IPO. Salah satunya kebijakan BEI terbaru adalah kebijakan potongan 50% untuk biaya pencatatan (initial listing fee/),” ungkap Nyoman, Senin, 6 Juli 2020.
Hingga 3 Juli 2020 masih terdapat 21 perusahaan yang berencana akan melakukan pencatatan saham di BEI. Sebagian besar atau berjumlah delapan perusahaan dari sektor trade, service and investment, empat perusahaan dari sektor property, real estat dan building construction, tiga perusahaan dari sektor agriculture, dan enam perusahaan lainnya merupakan perusahaan yang bergerak pada sektor basic industry & chemicals, consumer goods industry, infrastructure utilities & transportation, serta finance.
Adapun dengan realisasi pencatatan saham UANG, PGUN, dan SOFA, maka daftar tunggu IPO di BEI tersisa 18 perusahaan.
Selain itu, saat ini terdapat 33 penerbit yang akan menerbitkan 42 emisi obligasi/sukuk yang berada dalam pipeline di BEI. “Catatannya, satu perusahaan dapat menerbitkaan lebih dari satu emisi obligasi,” jelas Nyoman.