Tren Properti Berubah, Pengembang Perlu Siapkan Desain Baru Era New Normal
Produk properti yang masih menjadi primadona adalah tipe landed house atau rumah tapak. “Dan juga konsumen lebih memilih membeli unit baru dibandingkan rumah second,” ujar Country Manager Rumah.com Marine Novita.
Gaya Hidup
JAKARTA – Tatanan normal baru telah menggeser tren desain properti. Kesehatan bangunan menjadi salah satu poin penting yang harus diperhatikan pengembang. Hal ini menuntut pelaku industri properti untuk terus mencetuskan desain baru yang telah menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida mengatakan kesehatan bangunan tentunya tidak lepas dari sirkulasi udara yang baik. Hal ini menjadi sangat penting untuk meminimalisir terpapar virus COVID-19.
“Pengembang perlu membuat desain yang air flow-nya sehat dan bagus. Sehingga desain baru ini tidak hanya mengikuti tren arsitektur yang adanya, namun juga mengedepankan faktor kesehatan,” kata Totok dalam webinar bertajuk Tren Desain & Healthy Building di Era New Normal, Senin, 27 Juli 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Pandemi COVID-19 ini membuat adanya perubahan perilaku dari masyarakat khususnya konsumen, yang pada akhirnya berakibat kepada industri properti secara umum. Oleh karena itu, pengembang harus memahami betul properti seperti apa yang diminati konsumen saat ini.
Country Manager Rumah.com Marine Novita menyampaikan berdasarkan hasil survei, produk properti yang masih menjadi primadona adalah tipe landed house atau rumah tapak. “Dan juga konsumen lebih memilih membeli unit baru dibandingkan rumah second,” ujarnya.
Marine menurutkan meski ada pandemi COVID-19, tidak menyurutkan keinginan konsumen untuk membeli rumah, baik untuk kalangan end user maupun investor. Terlebih, tak sedikit developer dan bank yang memberikan program dan promo menarik.
Sesuai Kebutuhan WFH
Secara desain properti, kata Marine, pengembang perlu menyelaraskan dengan kebutuhan masyarakat yang sekarang banyak menghabiskan aktifitas di rumah baik itu belajar maupun bekerja. “Dari 100 orang property seeker, sebanyak 87% merasa perlu adanya ruang kerja dalam rumah,” jelasnya.
Dari survei itu, sebanyak 12% orang yang ingin memiliki ruang kerja yang terintegrasi dengan kamar tidur dan terpisah dari ruang keluarga. Kemudian, sebanyak 50% orang yang ingin ruang kerja terpisah dari kamar tidur namun menyatu dengan ruang keluarga.
Selain ruang kerja, pengembang juga perlu memikirkan fasilitas ruang belajar untuk anak. Menurut Marine, mayoritas pencari properti lebih menginginkan adanya ruang belajar tersendiri yang terpisah dari kamar tidur.
Kebutuhan lainnya yaitu adanya fasilitas olah raga. “Ada 87% orang menyatakan perlu untuk memiliki fasilitas olah raga di rumah seperti alat lari atau treadmill dan sepeda statis,” kata Marine.
Dalam penjelasannya, pemanfaatan teknologi tanpa sentuh atau touchless juga perlu diadopsi pengembang dalam membangun hunian. Teknologi itu nantinya dapat diterapkan pada pintu, lampu, dan fasilitas lainnya.
“Di era new normal ini, perilaku masyarakat banyak berubah, semua orang concern sekali pada kesehatan. Seperti penggunaan AC, masyarakat saat ini cenderung lebih memilih AC yang menggukan filter untuk mencegah virus masuk,” imbuhnya. (SKO)