Trump dan Witkoff
Dunia

Trump Ingin Warga Gaza Pindah ke Indonesia

  • Kementerian Luar Negeri Indonesia menegaskan bahwa mereka belum menerima informasi resmi mengenai rencana ini.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Tim transisi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, tengah mendiskusikan rencana kontroversial untuk memindahkan sementara hingga 2 juta warga Palestina dari Gaza ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya rekonstruksi pasca-perang di Gaza.

Steve Witkoff, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, dijadwalkan hadir di Gaza untuk mengelola perjanjian gencatan senjata serta menyelesaikan masalah-masalah yang berkelanjutan guna memastikan stabilitas kesepakatan tersebut. Witkoff nantinya akan memegang peran kunci dalam menjembatani komunikasi dan mengawasi proses pemulihan di wilayah yang dilanda konflik tersebut.

"Jika kita tidak membantu warga Gaza, jika kita tidak membuat kehidupan mereka lebih baik, jika kita tidak memberi mereka harapan, maka akan terjadi pemberontakan," ungkap Witkoff, kala di wawancarai media NBC News, di Whasington, Senin, 20 Januari 2024.

Tim transisi Trump menekankan pentingnya meningkatkan kondisi kehidupan di Gaza untuk mencegah pemberontakan lebih lanjut. Salah satu langkah yang sedang dibahas adalah relokasi sementara warga Palestina sebagai solusi kontroversial untuk mendukung upaya rekonstruksi. Namun, rencana ini menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional.

AS Ingin Indonesia Tampung Warga Gaza

Menurut Witkoff, Indonesia akan menjadi salah satu negara yang dipertimbangkan untuk menampung warga Palestina yang dipindahkan. Meski demikian, rencana ini masih dalam tahap diskusi dan belum ada keputusan final yang diambil.

"Pertanyaan mengenai bagaimana membangun kembali Gaza masih menjadi pertanyaan, serta di mana sekitar 2 juta warga Palestina dapat direlokasi untuk sementara waktu. Indonesia, misalnya, merupakan salah satu negara yang sedang didiskusikan untuk mengetahui lokasi tujuan dari negara-negara tersebut," tambah Witkoff.

Kementerian Luar Negeri Indonesia menegaskan bahwa mereka belum menerima informasi resmi mengenai rencana ini.  "Pemerintah RI tidak pernah mendapatkan informasi apapun mengenai hal ini," terang Jubir Kemlu Rolliansyah Soemirat, kala di konfirmasi di Jakarta.

Indonesia dikenal sebagai pendukung kuat hak-hak Palestina dan selama ini terus menyerukan penyelesaian damai atas konflik di Timur Tengah. Jika rencana ini benar-benar diajukan, Indonesia kemungkinan akan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk dampak kemanusiaan dan politik, sebelum mengambil keputusan.

Usulan relokasi ini dipandang akan menimbulkan kontroversi yang signifikan, terutama di kalangan warga Palestina dan komunitas Arab secara keseluruhan. Bagi banyak pihak, langkah ini dianggap sebagai bentuk pemindahan paksa yang dilakukan oleh Israel, sebuah tindakan yang tidak hanya berisiko memicu ketegangan lebih lanjut, tetapi juga berpotensi memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah sangat rentan di wilayah tersebut. 

Selain itu, rencana ini menambah kekhawatiran tentang dampak sosial dan politik jangka panjang yang dapat muncul jika warga Palestina benar-benar dipindahkan dari tanah air mereka. Pemindahan ini berpotensi menghancurkan ikatan sejarah dan budaya yang telah terjalin selama berabad-abad, serta memperburuk ketidakadilan yang telah lama dirasakan oleh rakyat Palestina. 

Lebih jauh lagi, keputusan ini berisiko memperburuk hubungan Israel dengan negara-negara tetangga Arab dan menambah ketegangan internasional yang sudah ada, dengan mengundang kritik dari berbagai negara dan organisasi internasional yang memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina. 

Berita relokasi ini juga telah tersebar luas di Israel, media Israel times turut mengulas potensi relokasi besar-besaran warga Palestina. "Tim transisi Trump dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk merelokasi sebagian dari 2 juta penduduk Gaza sementara rekonstruksi jalur Gaza yang hancur pasca-perang berlangsung, dengan salah satu negara menjadi tuan rumah sementara yang dipertimbangkan untuk menerima pengungsi adalah Indonesia," terang Israel Times dalam Publikasinya.

Rencana relokasi sementara warga Palestina dari Gaza ini masih menjadi topik pembahasan yang akan terus dipantau oleh komunitas internasional, mengingat dampak signifikan yang dapat ditimbulkan bagi stabilitas kawasan dan nasib warga Palestina.