Trump: Jika Tidak Mau Sepakat, Putin akan Membuat Rusia Hancur
- Trump menyebut Putin harus membuat kesepakatan. Presiden Amerika ini berpikir Putin akan menghancurkan Rusia jika tidak membuat kesepakatan.
Dunia
WASHINGTON- Setelah disebut dalam kebisuan karena tidak menyinggung soal Ukraina di pidato pelantikannya, Presiden Amerika Donald Trump akhirnya bersuara keras.
Donald Trump dengan gaya khasnya yang santai dan bertele-tele mulai mengungkap posisinya mengenai perang di Ukraina. Dan itu lebih keras terhadap Kremlin daripada yang diduga banyak orang.
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Trump berkata tentang Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia menyebut Putin harus membuat kesepakatan. Presiden Amerika ini berpikir Putin akan menghancurkan Rusia jika tidak membuat kesepakatan.
Trump bersikap sangat tegas, dengan fokus pada kerusakan ekonomi yang dialami Rusia akibat perang. Dia meyakini Rusia akan mengalami masalah besar. Semua data menurut Trump menunjukkan ekonomi Rusia tidak baik-baik saja. Termasuk kenaikan harga yang mendekati 10%. “Saya sangat cocok dengan Putin dan berharap pemimpin Kremlin ini mau membuat kesepakatan,” katanya.
- Melihat Para Pemain Swasta di Transportasi Umum: Dari Blue Bird hingga AirAsia
- Empat Katalis Utama Pendongkrak Saham BRPT, Salah Satunya Tuah BREN
- Pasca-Pelantikan Trump IHSG Kembali Melesat, Ini Komentar Analis
Ia secara longgar merujuk pada tingkat korban yang mengejutkan di Moskow dalam perang yang kini mendekati tahun keempat. Sejumlah pejabat Amerika dan Barat memperkirakan 700.000 orang Rusia telah terbunuh atau terluka selama perang. Trump yakin Putin tidak senang. Putin tidak tidak melakukannya dengan baik. “Dia memanag berjuang keras, tetapi itu tidak membuatnya tampak baik. Putin akan lebih baik jika mengakhiri perangnya,” ujarnya.
Trump mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengatakan kepadanya bahwa ia ingin membuat kesepakatan. Ini menggemakan pernyataan terbaru dari Kyiv bahwa mereka terbuka terhadap diplomasi. Asalkan hal itu menciptakan akhir yang berkelanjutan bagi perang yang dapat diterima oleh Ukraina. Trump mengaku tidak tahu apakah Putin menginginkan kesepakatan. Mungkin saja tidak.
Komentar tersebut merupakan salah satu komentar paling kritis yang pernah dilontarkan Trump terhadap pimpinan Kremlin. Fokusnya pada salah urus ekonomi dan toleransi Kremlin terhadap tingkat korban yang mengerikan. Ini menunjukkan Gedung Putih menyadari Rusia mungkin sedang dalam tekanan waktu dan berniat untuk memanfaatkannya.
Sebelumnya, sepanjang kampanye mereka untuk Gedung Putih,Trump maupun Wakil Presiden JD Vance telah menyatakan skeptisisme terhadap keterlibatan Amerika yang berkelanjutan dalam pertempuran Ukraina. Mereka sering kali menyarankan Ukraina harus menerima gencatan senjata dengan Rusia meskipun kehilangan wilayahnya.
Pernyataan presiden bahwa ia ingin bertemu Putin menunjukkan Trump berpikir seni bertransaksi interpersonalnya dapat membuka jalan bagi jalur diplomatik.
Yang juga melegakan bagi Kyiv, rujukannya terhadap bantuan untuk Ukraina menekankan perlunya anggota NATO Eropa membayar lebih, daripada menghentikan bantuan Amerika. Trump memulai perbincangannya dengan wartawan dengan mengkritik anggota NATO Eropa, dengan mengatakan mereka perlu membayar 5% dari PDB mereka untuk pertahanan. Hampir dua kali lipat bagi banyak negara.
Trump mengatakan Amerika Serikat mendanai bantuan Ukraina sebesar US$200 miliar lebih banyak daripada Eropa. “Ini konyol. Karena bantuan ini lebih memengaruhi Eropa,” katanya. Ini mengingat Amerika dan eropa terpisahkan oleh lautan.
Putin Siap Dialog
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan siap berdialog mengenai konflik negaranya dengan Ukraina setelah Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika. Dia berharap dialog dengan Presiden baru Amerika itu bisa menyelesaikan konflik negaranya itu, dan mendapat kepastian mengenai perdamaian abadi. Putin juga memberi selamat kepada Donald Trump beberapa jam sebelum resmi dilantik sebagai Presiden Amerika.
- Apa Itu Blodpalt, Kuliner Finlandia yang Jadi Makanan Terburuk Dunia 2025
- Beda Arah Saham MDKA dan AMMN Kala Harga Tembaga Melonjak
- Roller Coaster Harga Nikel, Saham NCKL dan ANTM Tetap Menjanjikan
Mengenai penyelesaian situasi itu sendiri, Putin menekankan bahwa tujuannya bukan lah gencatan senjata singkat. Tetapi perdamaian abadi yang didasarkan pada penghormatan terhadap kepentingan sah semua orang.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping juga telah membahas tentang cara membangun hubungan dengan Donald Trump. Termasuk prospek kesepakatan damai untuk mengakhiri perang di Ukraina. Pembicaraan jarak jauh itu juga terkait dukungan kuat Moskow terhadap posisi Beijing terkait Taiwan. Keduanya berbicara selama satu jam 35 menit melalui panggilan video setelah Trump dilantik sebagai presiden AS pada Senin.
Ajudan kebijakan luar negeri Kremlin Yuri Ushakov mengatakan, Xi dan Putin telah menunjukkan keinginan untuk membangun hubungan dengan Amerika Serikat atas dasar saling menguntungkan dan saling menghormati. Ushakov mengatakan Putin menginginkan perdamaian jangka panjang di Ukraina. Bukan gencatan senjata jangka pendek. Tetapi kesepakatan apa pun harus mempertimbangkan kepentingan Rusia.