Warga melakukan penukaran uang baru untuk lebaran di mobil kas keliling Bank Indonesia (BI) Pasar Palmerah, Jakarta Barat, Rabu, 20 April 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Finansial

Tumbuh 6,1 Persen, Uang Beredar (M2) Capai Rp8.332 Triliun pada Mei 2023

  • Posisi M2 pada Mei 2023 tercatat sebesar Rp8.332,3 triliun atau tumbuh 6,1% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,6% yoy.

Finansial

Muhammad Farhan Syah

JAKARTA -  Likuiditas perekonomian RI yang tercermin pada uang beredar dalam arti luas (M2) terus mengalami pertumbuhan pada Mei 2023. Pada bulan tersebut, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi M2 mencapai Rp8.332 triliun.

"Posisi M2 pada Mei 2023 tercatat sebesar Rp8.332,3 triliun atau tumbuh 6,1 persen (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,6 persen (yoy)," kata Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono dalam keterangan resmi Senin, 26 Juni 2023.

Faktor utama yang mendorong pertumbuhan M2 adalah meningkatnya uang kuasi sebesar 9,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini disebut memberikan dampak positif bagi likuiditas perekonomian secara keseluruhan.

Pertumbuhan M2 pada Mei 2023 juga dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit berbentuk pinjaman (loans). Erwin mengungkapkan, penyaluran kredit tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 9,4% secara tahunan pada bulan tersebut.

Jumlah tersebut pun lebih tinggi dari pertumbuhan kredit pada bulan sebelumnya yang mencapai 8,1% yoy. Erwin menjelaskan bahwa pertumbuhan ini terjadi seiring dengan membaiknya perkembangan kredit produktif maupun konsumtif di dalam negeri.

Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih yang tumbuh sebesar 9,2% yoy, terhitung menurun  dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 11,0 persen yoy, kontribusi positif dari aktiva luar negeri bersih masih berperan penting dalam memperkuat likuiditas perekonomian.

Namun, terdapat penurunan signifikan pada tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat yang terkontraksi sebesar 19,8 persen (yoy). "Sementara itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat terkontraksi sebesar 19,8% yoy, setelah terkontraksi sebesar 25,3% yoy pada bulan sebelumnya," pungkas Erwin.