Ilustrasi penerbitan surat utang korporasi atau obligasi di pasar saham. Ilustrator: Deva Satria/TrenAsia
Pasar Modal

Tumbuh 71,67 Persen, Penerbitan Obligasi Korporasi di 2022 Capai Rp153,9 Triliun

  • Untuk penerbitan obligasi korporasi pada tahun 2023 sendiri, PHEI menaksir pada skenario moderat berpotensi lebih rendah dari tahun 2022 yakni pada kisaran Rp100 triliun hingga Rp120 triliun.

Pasar Modal

Yosi Winosa

JAKARTA - Seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi akibat pandemi COVID19, penerbitan obligasi korporasi turut mengalami peningkatan di 2022. Tercatat 289 seri baru (termasuk EBA) diterbitkan melalui penawaran umum dengan total nilai issuance sebesar Rp153,92 triliun atau naik 71,67% secara tahunan dari tahun 2021. 

Untuk penerbitan surat utang korporasi melalui skema penawaran terbatas yakni Medium Term Notes (MTN), berdasarkan data yang dihimpun dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terdapat 31 penerbitan seri baru berdenominasi Rupiah dengan total nilai issuance sebesar Rp12,36 triliun. 

Searah, rata-rata volume transaksi harian obligasi korporasi tipe outright menunjukkan peningkatan di tahun 2022 sebesar 35,32% secara tahunan dari sebelumnya Rp1,28 triliun per hari menjadi Rp1,73 triliun per hari. 

"Rata-rata frekuensi harian juga terpantau naik 49,72% secara tahunan dari 143 transaksi per hari pada tahun 2021 menjadi 214 transaksi per hari di tahun 2022," tulis kajian Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) dikutip Kamis, 26 Januari 2023.

Adapun seri obligasi korporasi teraktif dari segi frekuensi dicatatkan oleh seri EBA-SP milik PT Sarana Multigriya Finansial Persero (SPSMFBTN02A2) dengan total frekuensi sebanyak 10.061 kali transaksi (total volume Rp78,31 miliar). Sementara obligasi korporasi dengan total volume transaksi terbesar diraih seri Obligasi Berkelanjutan IV PNM Tahap II Tahun 2022 Seri A (PNMP04ACN2) yakni senilai Rp5 triliun (total frekuensi 313 transaksi).

Obligasi korporasi teraktif sepanjang 2022

Untuk penerbitan obligasi korporasi pada tahun 2023 sendiri, PHEI menaksir pada skenario moderat berpotensi lebih rendah dari tahun 2022 yakni pada kisaran Rp100 triliun hingga Rp120 triliun. 

Hal ini dipengaruhi oleh nilai jatuh tempo obligasi korporasi yang lebih rendah yakni sebesar Rp119,25 triliun, potensi pertumbuhan ekonomi yang cenderung moderat, dan tren kenaikan suku bunga acuan.