<p>Menara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk / Dok. BNI</p>
Perbankan

Tumbuh Double Digit, 25 Persen Kredit BNI untuk Pembiayaan Berkelanjutan

  • Ekspansi kredit yang dilakukan secara prudent turut memperkuat kualitas aset BNI. Hal ini tercermin dari penurunan rasio Non-Performing Loan (NPL) menjadi 2%, Loan at Risk (LaR) menjadi 10,3%, dan Credit Cost menjadi 1,1%.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan pertumbuhan kredit double digit sebesar11,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp775,87 triliun pada akhir 2024. Angka ini naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp695,09 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan kredit di segmen korporasi sebesar 17,6% dan konsumer sebesar 14,5%. Sementara itu 25% dari keseluruhan kredit tersebut disalurkan BNI untuk pembiayaan berkelanjutan. 

Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, menyampaikan bahwa perusahaan anak BNI juga mencatatkan pertumbuhan kredit yang signifikan sebesar 79,7% yoy dengan profitabilitas yang tetap terjaga. 

Selain itu, ekspansi kredit yang dilakukan secara prudent turut memperkuat kualitas aset BNI. Hal ini tercermin dari penurunan rasio Non-Performing Loan (NPL) menjadi 2%, Loan at Risk (LaR) menjadi 10,3%, dan Credit Cost menjadi 1,1%.

“Meskipun kualitas aset kami kuat, BNI tetap berhati-hati dan bertumbuh secara konservatif di tengah ketidakpastian global,” ujar Novita dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Rabu, 22 Januari 2025. 

Secara kuartalan, pendapatan sebelum pencadangan atau Pre-Provisioning Income (PPOP) pada Kuartal IV-2024 mencapai angka tertinggi sebesar Rp9,5 triliun. Secara keseluruhan, PPOP sepanjang tahun 2024 mencapai Rp34,83 triliun.

NPL Coverage dan Likuiditas Terjaga 

BNI terus memperkuat fundamental dengan membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang memadai. Hal ini terlihat dari Loan at Risk Coverage yang mencapai 48,8% dan NPL Coverage yang tetap tinggi di level 255,8%.

Tambahan likuiditas juga diperoleh dari Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia sebesar 2,6% pada 2024. Novita menambahkan, 

“Insentif KLM tersebut memungkinkan kami untuk mencatat pertumbuhan kredit yang sehat dengan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) di level 96%.”

Dukungan dari Dana Pihak Ketiga (DPK), terutama dari tabungan ritel yang tumbuh signifikan, memungkinkan BNI menjaga Net Interest Margin (NIM) pada level 4,2% di tahun 2024. 

Total Net Interest Income (NII) yang dicatatkan juga tumbuh secara konsisten hingga mencapai Rp40,48 triliun pada 2024.

Baca Juga: Aplikasi Wondr: Game Changer yang Mendorong Tabungan BNI hingga Double Digit

Fokus pada Pembiayaan Berkelanjutan 

Selain pertumbuhan kredit, BNI juga mencatatkan kinerja yang baik dalam pembiayaan berkelanjutan. Sepanjang 2024, portofolio pembiayaan berkelanjutan BNI mencapai Rp190,5 triliun atau 25% dari total kredit. 

Dari angka tersebut, Rp73,4 triliun dialokasikan untuk pembiayaan hijau, sementara Rp117 triliun untuk pembiayaan UMKM.

Direktur Risk Management BNI, David Pirzada, menegaskan komitmen BNI sebagai mitra strategis bagi para debitur untuk mendukung transisi hijau.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan pembiayaan Sustainability Linked Loan (SLL) yang pada akhir 2024 mencapai Rp6 triliun.

BNI juga secara aktif memberikan edukasi kepada debitur melalui program BNI ESG Sustainability & Transition (BEST) Event serta Technical Assistance Workshop. Program ini mendukung implementasi Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI).

“Kami telah melaksanakan Climate Risk Stress Test (CRST) sesuai panduan Climate Risk Management System (CRMS) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada 2024, penerapan CRST mencakup 50% portofolio kredit di enam sektor industri utama dan mortgage. Tahun ini, implementasinya akan ditingkatkan hingga mencakup 100% portofolio kredit BNI,” ungkap David.

Langkah Operasional Berbasis Keberlanjutan 

Dari sisi operasional, BNI memulai program pengelolaan limbah yang bertanggung jawab melalui prinsip Zero Waste to Landfill (ZWTL). Program ini diawali di Kantor Pusat BNI dengan fokus pada penerapan prinsip reduce dan recycle.

Kinerja Keuangan yang Solid 

BNI membukukan laba bersih sebesar Rp21,5 triliun sepanjang tahun 2024, tumbuh 2,87% dari Rp20,9 triliun pada tahun sebelumnya. 

Pertumbuhan laba ini didorong oleh transformasi digital yang meningkatkan tabungan sebesar 11% yoy, dari Rp232 triliun pada 2023 menjadi Rp258 triliun pada 2024.