ilustrasi tambang nikel
Industri

Tuntaskan Akuisisi Saham Vale Indonesia, Erick Apresiasi MIND ID

  • Dengan selesainya transaksi ini, kepemilikan saham di PTVI berubah menjadi 44,34% untuk Vale Group, MIND ID 20,00%, SMM 15,03%, Sumitomo Corporation 0,14%, dan publik 20,49%.

Industri
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – Holding BUMN Industri Minerba Mining Industri Indonesia (MIND ID) telah menuntaskan proses pembelian 20% saham divestasi PT Vale Indonesia Tbk (PT VI) di Jakarta, Rabu 7 Oktober 2020.

PT VI sendiri dimiliki oleh Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. (SMM) sebagai pemegang saham mayoritas. VCL telah melepas sahamnya sebesar 14.9% dan SMM sebesar 5.1% seharga Rp2.780 per lembar saham atau senilai total Rp5,52 triliun.

Dengan selesainya transaksi ini, kepemilikan saham di PTVI berubah menjadi 44,34% untuk Vale Group, MIND ID 20,00%, SMM 15,03%, Sumitomo Corporation 0,14%, dan publik 20,49%.

Menteri Badan Usaha MIlik Negara (BUMN), Erick Thohir menyambut baik hal tersebut. Dengan akusisi itu, menurutnya kepemilikan negara di sektor tambang semakin bertambah.

Ia bilang Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Sehingga transaksi saham Vale Indonesia menjadi bagian penting dalam hilirisasi industri pertambangan nasional yang punya peran strategis dalam industri nikel global.

“Ini juga langkah bagus untuk memperkuat value chain di Indonesia, serta pengembangan industri baterai untuk mobil listrik sebagai bagian proses transformasi sistem energi,” ujarnya di Jakarta, Rabu 7 Oktober 2020.

PT VI memiliki salah satu aset nikel terbaik dan terbesar di dunia. Sementara, divestasi saham sebanyak 20% ini merupakan kewajiban amandemen dari Kontrak Karya (KK) pada tahun 2014 antara pemerintah dengan PT VI.

KK PTVI akan berakhir pada 2025 dan dapat diubah atau diperpanjang menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) sesuai peraturan perundang-undangan.

Bersaing di Pasar Nikel dan EV Battery Dunia

Erick menyebut, pembelian saham Vale Indonesia ini untuk mengelola cadangan mineral strategis Indonesia serta hilirisasi industri pertambangan nasional, terutama nikel domestik.

Dengan begitu, lanjut Erick, Indonesia akan menghasilkan produk domestik dengan nilai ekonomis hingga 4-5 kali lipat lebih tinggi dari produk hulu.

“Dengan menjadi pemegang saham terbesar kedua, MIND ID akan memiliki akses strategis untuk mengamankan pasokan bahan baku untuk industri hilir nikel Indonesia. Baik untuk hilirisasi industri nikel menjadi stainless steel, maupun menjadi baterai kendaraan listrik,” imbuhnya.

Lebih lanjut, mantan Presiden Inasgoc ini mengatakan bahwa selama ini Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir nikel, bahan baku utama EV Battery terbesar dunia yang menguasai 27% kebutuhan pasar global.

Sejak kebijakan ekspor nikel dilarang per 1 Januari 2020, katanya, MIND ID ditantang untuk melakukan inovasi dan restrukturisasi model bisnis dalam industri ini, sekaligus meningkatkan value chain dari nikel nusantara yang berlimpah.

Selain itu, MIND ID juga berencana membangun pabrik lithium-ion yang di dekat dua tambang nikel milik PT Antam di Tanjung Buli, Halmahera Timur dan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Hal ini dalam upaya turut berkompetisi di pasar EV Battery dunia yang sebanyak 27,9% telah dikuasai China.

“MIND ID juga akan fokus terhadap nikel sebagai core business dengan membangun ekosistem pengembangan industri jenis mineral ini demi hilirisasi produk dalam negeri serta membuka peluang untuk bekerja sama,” tutup Erick.