Turun Lagi, Cadangan Devisa Akhir November Jadi US$133,6 Miliar
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) pada akhir November 2020 sebesar US$133,6 miliar. Jumlah tersebut kembali menurun dari posisi akhir Oktober sebesar US$133,7 miliar. Tak hanya satu kali, tren penurunan ini juga terjadi pada akhir September 2020 di mana cadev tercatat sebesar US$135,2 miliar. Padahal, cadev pada akhir Agustus 2020 sebesar US$137 miliar. […]
Industri
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa (cadev) pada akhir November 2020 sebesar US$133,6 miliar.
Jumlah tersebut kembali menurun dari posisi akhir Oktober sebesar US$133,7 miliar. Tak hanya satu kali, tren penurunan ini juga terjadi pada akhir September 2020 di mana cadev tercatat sebesar US$135,2 miliar. Padahal, cadev pada akhir Agustus 2020 sebesar US$137 miliar.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, posisi cadev tersebut setara dengan pembiayaan 9,9 bulan impor atau 9,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
“Bank Indonesia menilai cadangan devisa masih mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan stabilitas makroekonomi,” mengutip keterangan resmi, Senin, 7 November 2020.
Ia menjelaskan, penurunan cadev pada periode ini dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Selain itu, penerimaan pajak dan devisa migas juga menjadi faktor penurunan cadev.
Seperti diketahui, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tercatat US$408,5 miliar pada akhir triwulan III-2020 atau tumbuh 3,8 persen year-on-year (yoy). Jumlah tersebut tercatat turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,1 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh transaksi pembayaran ULN swasta.
Jumlahnya terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) US$200,2 miliar dan sektor swasta (termasuk BUMN) US$208,4 miliar.
Erwin pun mengungkapkan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.