Nampak pengunjung tengah berbelanja di salah satu gerai supermarket Giant yang nampak mulai kosong stok barangnya di kawasan Bintaro Jakarta Selatan, Senin 19 Juli 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Tutup 395 Gerai Giant, Ini Dampaknya terhadap Kinerja Keuangan HERO

  • Keputusan PT Hero Supermarket Tbk (HERO) untuk menutup seluruh gerai Giant miliknya di Indonesia ternyata menghabiskan biaya sebesar Rp537 miliar.
Industri
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Keputusan PT Hero Supermarket Tbk (HERO) untuk menutup seluruh gerai Giant miliknya di Indonesia ternyata menghabiskan biaya sebesar Rp537 miliar. 

“Perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp551 miliar pada semester pertama, dengan biaya non-recurring sebesar Rp537 miliar yang timbul akibat restrukturisasi bisnis Giant,” ujar Presiden Direktur HERO Patrik Lindvall dalam siaran pers yang dikutip Jumat, 30 Juli 2021.

HERO tercatat memiliki 395 gerai Giant di seluruh Indonesia. 5 dari gerai tersebut akan diubah menjadi gerai perabotan rumah IKEA sementara ada beberapa juga yang diubah menjadi Hero Supermarket meski belum ada kepastian jumlahnya.

Dalam keterbukaan informasi HERO di Bursa Efek Indonesia pada Kamis, 29 Juli 2021, penutupan seluruh gerai Giant ini juga berdampak terhadap liabilitas perusahaan dalam laporan keuangannya.

Akibat penutupan Giant, utang lain-lain meningkat 59% atau sebesar Rp181 miliar pada semester I-2021. Manajemen HERO menyebut pembengkakan ini akibat biaya bangunan dan pemeliharaan terkait dengan penutupan toko.

Lalu, provisi jangka pendek juga tercatat mengalami peningkatan 398% atau sebesar Rp423 miliar pada semester I-2021. Ini karena adanya tambahan provisi untuk penutupan toko.

Di sisi lain, kewajiban imbalan kerja jangka pendek dan jangka panjang mengalami penurunan sebesar Rp110 miliar atau 40%. Penurunan imbalan kerja jangka pendek terkait dengan penyelesaian bonus yang dibayarkan pada Maret 2021.

“Penurunan kewajiban imbalan kerja jangka panjang disebabkan oleh realisasi pembayaran kepada pegawai terkait dengan penutupan toko pada semester pertama tahun 2021,” tulis manajemen HERO dalam keterbukaan informasi tersebut.

Selain itu, kewajiban sewa jangka pendek dan jangka panjang juga mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp224 miliar atau 32%. Penurunan ini terkait dengan penutupan toko Giant di mana perjanjian sewa diterminasi dan pembayaran dibayarkan ke pemilik lahan.

Seluruh gerai Giant akan resmi tercatat tutup pada besok, Sabtu, 31 Juli 2021. Ini sesuai dengan pengumuman HERO pada Mei lalu. Patrik mengatakan penutupan ini karena HERO ingin meningkatkan investasi pada bisnis IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket.

“Perubahan strategi ini merupakan respon yang menentukan dan diperlukan guna menghadapi dinamika pasar yang berubah, terutama mengingat pola belanja pelanggan Indonesia yang menjauh dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, serta dikarenakan adanya pandemi COVID-19,” ujar Patrik.

Hypermarket dan supermarket babak belur sejak 2019

Data kerja sama antara Nielsen dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menunjukkan penjualan fast-moving consumer goods (FMCG) lewat hypermarket/supermarket memang sudah mencatatkan angka negatif sejak 2019.

Ketua Umum Aprindo Roy N. Mendey mengatakan hypermarket dan supermarket terpuruk 4,2% pada 2019 dan semakin merosot jadi 10,1% pada 2020. Hingga kuartal I-2021, keadaannya semakin parah dengan penurunan 14,5%.

“Kenapa menurun? Karena memang hypermarket/supermarket itu kan perlu suatu effort untuk masyarakat atau konsumen datang,” ujar Roy dalam konferensi pers, Kamis, 22 Juli 2021.

Sebaliknya, minimarket ada di depan rumah, ada di depan kompleks, cukup berjalan kaki dan lain-lain. Roy mengatakan, hal ini membuat format minimarket lebih mudah dijangkau bagi masyarakat atau konsumen.

Hal ini pun tercermin dari pertumbuhan minimarket yang masih positif pada 2019 dan 2020. Minimarket berhasil tumbuh 12,3% pada 2019, lalu masih tumbuh meski tipis 4,8% pada 2020. Sayangnya, bisnis minimarket jadi negatif 4,2% pada kuartal I-2021.