Tutup Lapak Produk Fisik, Bukalapak Masih Timbun Modal Rp9,82 Triliun dari IPO
- Sejak mulai melantai di Bursa Efek Indonesia pada 6 Agustus 2021, BUKA telah memanfaatkan dana IPO sebesar Rp11,49 triliun. Dana tersebut setara dengan 53,91% dari total perolehan IPO jumbo BUKA yakni Rp21, 32 triliun.
Korporasi
JAKARTA – Emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) masih menimbun banyak dana hasil initial public offering (IPO) pada 6 Agustus 2021 silam.
Berdasarkan laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum saham perdana per 30 Juni 2024, uang yang sudah dibelanjakan untuk modal usaha baru sebesar Rp11,49 triliun. Dana tersebut setara dengan 53,91% dari total perolehan IPO jumbo BUKA yakni Rp21, 32 triliun.
Sisanya, BUKA masih memiliki dana segar setebal Rp9,82 triliun sejak IPO-nya tiga tahun yang lalu. Oleh karena lambatnya realisasi distribusi modal hasil IPO, Bukalapak sempat kena ‘semprit’ Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada September 2024.
Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, menyampaikan bahwa OJK telah mengirimkan beberapa surat kepada manajemen BUKA agar segera menggunakan dana hasil IPO.
“Perseroan menyampaikan bahwa seluruh dana akan direalisasikan sesuai dengan rencana yang telah dimuat dalam prospektus IPO saham, yaitu selambat-lambatnya pada 31 Desember 2025,” kata Inarno kala itu.
Dari 8 pos rencana alokasi dana IPO, ada satu enitas bisnis yang Bukalapak yang sampai semester II-2024 tidak mendapatkan sepeser pun suntikan modal hasil IPO, yakni PT Buka Investasi Bersama.
Selebihnya, tujuh pos alokasi penggunaan dana belum ada yang menerima aliran modal sesuai rencana. Misalnya, pos modal kerja perseroan baru menyerap Rp6,40 triliun dari Rp7,03 triliun yang dianggarkan.
Lalu, pos untuk PT Buka Mitra Indonesia hanya menerima Rp1,14 triliun dari seharusnya Rp3,19 triliun. Pos selanjutnya, PT Buka Usaha Indonesia baru menghabiskan dana IPO Rp16,96 miliar dari jatahnya sebesar Rp3,19 triliun.
Kemudian, PT Buka Pengadaan Indonesia hanya membelanjakan Rp35,61 miliar dari alokasi Rp213,25 miliar. Lanjut, Bukalapak Pte.Ltd hanya menyerap Rp1,05 miliar dari rencananya Rp213,25 miliar.
PT Five Jack juga hanya menyerap Rp1,25 miliar dari seharusnya Rp213,25 sesuai anggaran. Terakhir, pos untuk pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha Perseroan dan Entitas Anak dan modal kerja Entitas anak selain yang sudah disebutkan baru menyerap Rp3,89 triliun dari jatah Rp7,03 triliun.
Aksi Tutup Lapak Produk Fisik
Bukalapak resmi menutup bisnis e-commerce mulai hari Selasa, 7 Januari 2025. Penutupan tersebut tak lepas dari terus menurunnya pendapatan serta persaingan keras dalam industri. Setelah ini, Bukalapak memilih fokus untuk berjualan produk virtual.
"Kami ingin menginformasikan Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di Marketplace Bukalapak,” terang Bukalapak dalam laman resminya (7/1).
Sinyal Bukalapak bakal menutup usaha e-commerce sebenarnya sudah mengemuka beberapa bulan lalu. Sejumlah lini usaha dan anak usaha yang dinilai tidak lagi memberikan kontribusi terhadap profitabilitas perusahaan menjadi sasaran.
“BUKA telah melakukan berbagai upaya terbaik namun kerugian dan tantangan industri yang dialami oleh masing-masing segmen usaha dan/atau anak perusahaan selama tiga tahun terakhir telah mendorong manajemen BUKA untuk mempertajam kembali fokus kami kepada bisnis inti tertentu,” kata CEO Bukalapak Willix Halim dalam keterangan resmi, Oktober 2024 lalu.
Asal tahu saja, berdasarkan laporan kinerja keuangan hingga akhir September 2024, Bukalapak masih menggenggam kas sebesar Rp11,36 triliun. Namun, angka ini turun dari Rp19,17 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, kinerja keuangan Bukalapak menjelang penutupan e-commerce, tepatnya kuartal III-2024, juga menunjukkan penurunan. Pendapatan turun 15% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 21% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq) menjadi Rp987 miliar.
Namun, rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 23,04% yoy menjadi Rp545,97 miliar. Namun, rugi usaha naik 2,11% yoy dari Rp1,29 triliun menjadi Rp1,32 triliun.