<p>Warga menunjukkan uang kertas rupiah baru tahun emisi 2016 usai melakukan penukaran di pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (19/12). Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Uang Kartal Melambat, Transaksi Digital Naik

  • JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan Pertumbuhan Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tercatat melambat menjadi 6,3 persen year-on-year (yoy) pada triwulan I-2020. “Pertumbuhan UYD tercatat melambat menjadi 6,3% yoy,” ungkapnya saat membacakan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Selasa, 19 Mei 2020. Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh strategi bank yang […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan Pertumbuhan Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tercatat melambat menjadi 6,3 persen year-on-year (yoy) pada triwulan I-2020.

“Pertumbuhan UYD tercatat melambat menjadi 6,3% yoy,” ungkapnya saat membacakan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Selasa, 19 Mei 2020.

Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh strategi bank yang menyimpan lebih sedikit persediaan uang kartal di tengah situasi pandemi virus corona (COVID-19).

Di samping itu, perlambatan tersebut juga berpengaruh terhadap transaksi nontunai menggunakan ATM, kartu debit, maupun kartu kredit yang ikut menurun sebesar 4,7% (yoy).

Namun, untuk transaksi uang elektronik, pada Maret 2020 tercatat tetap tumbuh sebesar 67,9% (yoy). Volume transaksi digital juga tumbuh mencapai 60,8% (yoy).

“Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya transaksi ekonomi dan keuangan digital (EKD) di masa pandemi COVID-19,” ungkap Perry.

Sebagai salah satu contoh, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI yang mencatat lonjakan pertumbuhan transaksi digital sebesar 31% pada kuartal I-2020.

Peningkatan tersebut disumbang oleh transaksi tertinggi pada mobile banking sebesar 84,4% atau 63 juta, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, yakni 43 juta.

Tak jauh berbeda dengan BNI, pada Februari 2020, transaksi digital milik bank emiten pelat merah lainnya, seperti Bank Mandiri juga tercatat naik sebesar 16% mencapai Rp1.303 triliun.

Peningkatan tersebut disokong oleh layanan Mandiri Cash Management (MCM) yang semakin diminati oleh para pelaku usaha hingga mencapai 450.000 perusahaan.

Sekretaris perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan mengungkapkan, perusahaan tetap harus mengelola operasional keuangan dengan produktif, sekalipun di tengah situasi pandemic COVID-19.

“Dalam kondisi pandemic COVID-19, individu dituntut tetap produktif dalam bekerja dari rumah, terutama dalam operasional dan pengelolaan keuangan. MCM ini akan membantu nasabah perusahaan,” tuturnya di Jakarta, Kamis, 26 Maret lalu.