UGM Kembangkan TPS Pengelolaan Sampah Tanpa Bau
- Munculnya bau menyengat dari sampah disebabkan banyaknya kandungan air dalam sampah yang terkontaminasi bakteri.
Tekno
YOGYAKARTA - Universitas Gadjah Mada (UGM) kembangkan Tempat Penampungan Sementara (TPS) pengelolaan sampah yang dapat menghilangkan bau tidak sedap.
Melansir situs resmi UGM, TPS tersebut merupakan TPS Terintegrasi (TPST)mandiri yang merupakan hasil kerja sama dengan Pemerintah Kelurahan Sinduadi, Kapanewon Mlati, Sleman, Yogyakarta.
Pada TPST Sinduadi ini dilengkapi dengan sejumlah teknologi inovasi yang dikembangkan dalam pengelolaan sampah. Salah satu inovasi tersebut adalah adanya aplikasi teknologi penghilang bau pada sampah.
Dosen Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM, Ir. Wiratmi, M.T., Ph.D., menyebutkan cara kerja teknologi tersebut adalah dengan memeras cairan dalam sampah yang menurutnya biasanya kandungan airnya hingga 70 persen. Pemerasan cairan dalam sampah tersebut penting untuk menghilangkan bau sampah karena Wiratmi menyebutkan, munculnya bau menyengat dari sampah disebabkan banyaknya kandungan air dalam sampah yang terkontaminasi bakteri.
Setelah air pada sampah diperas, cairan tersebut juga dapat diolah kembali dengan teknologi lainnya yang ada pada TPST tersebut. Teknologi itu adalah merubah cairan sampah menjadi pupuk cair yang diolah dengan menggunakan mesin bioreaktor. Pengolahan tersebut dilakukan dengan kondisi tertutup sehingga mampu mengurangi bau.
- Perkuat Peran Perbankan di Dunia Akademik, UGM Teken MoU dengan BTN
- Penyelesaian Tol Langit Diminta jadi Prioritas BAKTI Kominfo
- Wismilak Tolak Penyitaan Gedung Oleh Polda Jatim
Wiratmi menyebutkan, dengan cara pengolahan ini, volume padat pada sampah bisa berkurang menjadi lebih kecil sehingga tidak memerlukan ruangan yang lebih besar untuk mengelola sampah menjadi kompos atau maggot. “Kita juga memasukkan teknologi aerasi dengan memasukkan oksigen sehingga bisa menghasilkan pupuk cair secara cepat dan baik dan tidak meninggalkan bau,” tambahnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni UGM, Dr. Arie Sujito, menyebutkan ditutupnya TPS Piyungan beberapa waktu lalu menjadi momentum seluruh elemen masyarakat untuk mencoba menyelesaikan permasalahan pengolahan sampah secara mandiri.
Lurah Sinduadi, Senen, menyebutkan pembangunan TPST mandiri di Kelurahan Sinduadi sebenarnya telah direncanakan sejak 2019 lalu. Namun akibat kendala pendanaan, TPST tersebut baru bisa dibangun pada tahun 2023 dengan bekerja sama dengan akademisi UGM.
Walaupun kapasitas pengelolaan sampah ini hanya seperempat dari target 18 ton sampah yang bisa dikelola setiap hari, Senen mengungkapkan rasa syukurnya karena TPST tersebut sudah mulai bisa beroperasi. “Kami merencanakan 18 ton per hari akan bisa tercapai 2-4 bulan mendatang dan kita harapkan Sinduadi bisa zero sampah,” tutup Senen